Kisah Anwar, “Office Boy” Sejak Era Sutiyoso yang Kini Jualan Donat di Balai Kota

0
197
Anwar Perdamaian Harahab (46), pedagang donat perlente di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (4/12/2017).(Kompas.com/Sherly Puspita)
Anwar Perdamaian Harahab (46), pedagang donat perlente di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (4/12/2017).(Kompas.com/Sherly Puspita)

medanToday.com, JAKARTA – Hampir setiap hari pria itu mengenakan pakaian batik dengan paduan celana bahan berwarna gelap. Perawakannya gagah, kulitnya terang. Hampir setiap hari, pria berusia 46 tahun itu berkeliaran di lingkungan Balai Kota DKI Jakarta.

Penampilannya mirip pegawai Balai Kota. Hanya saja, anggapan pegawai Balai Kota itu lenyap ketika kita memperhatikan apa yang selalu dibawanya.

Bukan dokumen atau tas kulit yang dijinjingnya, melainkan sebuah kantong plastik hitam berukuran cukup besar. Plastik hitam itu menutupi sebuah toples berukuran besar.

“Mbak, mau donatnya, Mbak? Ada peyek juga, atau mau stik keju?” kata Anwar menjajakan dagangannya kepada Kompas.com, Senin (4/12/2017).

Anwar Perdamaian Harahab, begitulah nama pria tersebut.

Bukan pegawai Balai Kota DKI, melainkan penjual donat.

Meski hanya seorang penjual donat, Anwar tampak akrab dengan pegawai Balai Kota lainnya, tampak seperti kawan lama.

“Saya itu dulu kerja di Balai Kota, tapi dipecat beberapa bulan lalu,” ujar Anwar.

Anwar bercerita, dirinya menjadi Pekerja Harian Lepas (PHL) Biro Umum atau office boy di Balai Kota sejak kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Anwar menjadi PHL Biro Umum hingga kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

“Dulu saya enggak pernah punya masalah apa-apa. Tapi beberapa bulan lalu saya dipecat karena dituduh menerima uang dari pegawai kalau saya habis dimintai tolong beli makanan misalnya,” kata dia.

Pada saat itu, lanjutnya, ia bersama 12 orang lainnya dipecat karena tuduhan yang sama.

“Saya dipecat, hilang mata pencaharian saya. Saya ini dari Bogor, bingung mau kerja apa, anak saya masih kecil. Ya sudah saya jual donat saja,” ucap Anwar.

Berdagang di Balai Kota, lanjut dia, merupakan pilihan terbaik. Pasalnya sudah banyak pegawai yang mengenalnya dan mau membeli dagangannya.

Anwar menjual donat seharga Rp 10.000 tiap 5 donat. Setiap harinya, Anwar bisa menjual 15 pack donat. Anwar enggan berbagi keuntungan yang didapatnya tiap harinya. Yang terpenting, pekerjaannya kini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

“Kadang ada yang ngasih lebih, saya bersyukur. Yang penting saya enggak minta-minta. Ini dagangan dari teman istri saya, alhamdullilah lumayan hasilnya,” ujar Anwar.

(mtd/min)