medanToday.com,JAKARTA – Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, Dwi Rio Sambodo menanggapi keras kritikan Politisi PAN, Amien Rais terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di mana Amien Rais meminta agar Presiden Jokowi resign atau mengundurkan diri.
“Menurut saya Sangat lucu. Pak Amien selalu memberikan kritik tidak berdasar ke Presiden Jokowi. Beliau sebaiknya introspeksi, terlebih setelah gagal mengusung kandidatnya di dalam Kongres PAN,” kata Rio Sambodo, Jumat (14/8/2020).
“Sepertinya Pak Amien kehilangan panggung, terjangkit gejala post power syndrome akut. Di kalangan internal sendiri kepemimpinannya telah ditolak, Bak pepatah menepuk air didulang terpercik muka sendiri,” tambah Rio.
Selain itu, Rio justru mengingatkan tentang bahaya karma politik akibat perilaku Pak Amien Rais yang sering bertindak selayaknya Sengkuni.
“Karma politik itu nyata. Saya justru kasihan pada Pak Amien dan keluarganya. Lihat saja perilaku Hanum Rais yang bikin heboh karena manipulasi tipuan maut Ratna Sarumpaet,” katanya.
“Lalu Hanafi Rais tersingkir dari panggung politik karena kesombongan sikap dalam politik, dan kini Muntaz Rais diadukan ke polisi akibat perilaku yang tidak terpuji dan membahayakan keselamatan penerbangan,” tambah Rio.
Atas dasar berbagai kejadian yang menerpa Pak Amien dan anak-anaknya, Rio menyebut ibarat buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Dan dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap Pak Amien Rais, Rio Sambodo meminta agar Pak Amien dan keluarga tidak perlu ragu melakukan taubat politik.
“Stop hujat kepemimpinan Pak Jokowi. Sebaiknya Pak Amien kembali pada khittohnya menjalankan tugas seorang ayah,” kata Rio.
“Apapun tanggung jawab etis atas pendidikan dan karakter anak-anak tidak bisa dilepaskan dari orang tuanya. Apa yang terjadi dengan Muntaz Raiz sesungguhnya adalah peringatan dari Allah,” jelasnya.
Rio Sambodo yang dikenal sebagai aktivis GMNI tersebut mengajak agar para elit politik dapat menghadirkan keteladanan politik yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa, Pancasila.
Apalagi di tengah cobaan pandemi Covid 19 ini seluruh elemen bangsa seharusnya lebih mengutamakan keselamatan bangsa bukan malah menghadirkan ujaran kebencian dan perpecahan.
Diberitakan sebelumnya, mantan Ketua MPR RI Amien Rais memberikan pesan khusus untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) jelang HUT ke-75 RI.
Melalui video yang dipostingnya di akun Instagramnya @amienraisofficial, Amien Rais mengingatkan Jokowi untuk tidak terjebak dalam politik “koncoisme” dalam memimpin negara ini.
Dilansir dari Tribun, menurut Amien Rais, politik koncoisme adalah bagian dari politik partisan yang bisa membawa bangsa ini ke arah perpecahan.
“Politik partisan semacam ini tidak bisa tidak, cepat atau lambat membelah bangsa Indonesia. Tidak boleh seorang presiden terjebak pada mentalitas koncoisme,” ujar Amien Rais.
Dia melihat, demokrasi di era kepemimpinan Presiden Jokowi, sejak menjadi Presiden pada 2014-2019 hingga saat ini, perkembangan politik nasional semakin jauh dari spirit demokrasi.
“Perkembangan politik nasional bukan semakin demokratis, tetapi malahan kian jauh dari demokrasi. Tidak berlebihan bila saya katakan hasil pembangunan politik di masa Pak Jokowi telah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” jelasnya.
Dia mencotohkan, ketika Jokowi tidak memilih tidak menemui perwakilan dari kelompok pengunjuk rasa damai di depan Istana Merdeka, pada 4 November 2016 lalu.
Ketika itu massa yang tergabung dalam GNPF-MUI berunjuk rasa mendesak mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dipenjara karena menista agama.
Tiga utusan pengunjuk rasa ingin bertemu Jokowi. Tapi hingga sore hari, Jokowi tak kunjung menemui mereka. Saat itu Jokowi melakuian sidak ke Bandara Soekarno-Hatta.
Sampai saat ini kata dia, penyakit partisan itu masih tetap menjadi pegangan rezim Jokowi dalam menghadapi umat Islam yang kritis terhadap kekuasaannya.
“Para buzzer dan para jubir Istana di berbagai diskusi atau acara di banyak stasiun televisi semakin menambah kecurigaan banyak kalangan terhadap politik Jokowi yang beresensi politik belah bambu, menginjak sebagian dan mengangkat sebagian yang lain,” ucapnya.
Ia menyadari tidak ada satu analisa atau gagasan apa saja yang tidak menunjukkan sikap pro dan kontra.
Untuk itu dia siap menerima kritik, koreksi dan bantahan serta masukan lain terkait apa yang ia sampaikan.
Bahkan dengan senang hati, dia ingin melakukan diskusi terbuka bukan debat terbuka dengan siapapun tentang apa yang dikemukakannya secara terbuka ini.
“Saya sadar tidak ada satu analisa atau gagasan apa saja yang tidak menunjukkan sikap pro dan kontra. Saya siap menerima kritik, koreksi dan bantahan serta masukan lain bahkan dengan senang hati saya ingin melakukan diskusi terbuka bukan debat terbuka dengan siapapun tentang apa yang saya kemukakan secara terbuka ini,” jelasnya.