medanToday.com – Tampaknya, tidak ada tempat yang lolos dari polusi plastik. Bahkan di dasar laut terdalam bumi pun, para peneliti masih menemukan mikroplastik di dalam usus krustasea.
“Limbah yang dibuang ke lautan pada akhirnya akan tersapu kembali ke pantai atau tenggelam ke laut dalam,” kata Alan Jamieson, ahli ekologi kelautan dari Newcastle University di Inggris seperti dikutip dari Live Science, Kamis (16/11/2017).
Bulan Februari lalu, Jamieson dan timnya menuturkan temuannya dalam jurnal Nature Evolution and Ecology.
Dalam jurnal tersebut, dia mengungkapkan jika palung telah terkontaminasi dengan polychlorinated biphenyls (PCB) dan polybrominated diphenyl ethers (PBDE).
PCB merupakan unsur kimia yang berminyak dan lengket yang banyak digunakan di berbagai industri. Namun, sebenarnya penggunaan bahan ini sudah dilarang sejak 1979 karena dikhawatirkan beracun.
Sementara itu, PBDE yang digunakan sebagai bahan pemadam api juga dilarang karena mungkin akan berpengaruh pada sistem reproduksi, kekebalan atau saraf.
Jamieson menemukan kedua unsur ini pada krustasea yang hidup di kedalaman 10.000 meter di Palung Kermadec di Pasific Selatan dan di utara Palung Mariana di kedalaman 10.250 meter.
Setelah melakukan studi tersebut, Jamieson menemukan banyak pertanyaan seputar kontaminasi plastik di kedua palung. Mereka memutuskan untuk kembali meneliti ulang kedua palung tersebut serta palung lainnya.
Peneliti menggunakan perangkap yang ditenggelamkan ke dasar palung terdalam beserta umpan dan kamera. Begitu hewan sudah terperangkap, maka perangkap secara otomatis akan naik ke permukaan.
Peneliti mengambil sampel dari enam palung, yaitu Mariana, Jepang, Izu-Bonin, Peru-Cile, New Hebrides dan Kermadec. Secara total ada 90 krustasea yang dikumpulkan dari keenam palung tersebut.
Dari semua sampel yang terkumpul, peneliti tidak menemukan satu pun yang bebas dari plastik. Tingkat kontaminasi terendah ditemukan di New Hebrides, sedangkan tingkat kontaminasi tertinggi terdapat di palung Mariana.
Selain plastik, peneliti menemukan potongan serat seperti rayon, lyocell, rami dan nilon dalam usus krustasea.
Dari studi yang dilakukan pada 2014 lalu, setidaknya ada sekitar 5 triliun potongan plastik yang mengapung di laut, dengan berat lebih dari 250.000 ton.
Sungai sendiri menyumbang 2,4 juta ton plastik ke laut setiap tahunnya dan 86 persen polusi plastik ini berasal dari sungai-sungai di Asia.
“Pengamatan yang kami lakukan menunjukkan jika penyerapan mikroplastik terjadi di bagian laut dalam juga. Membuktikan jika tidak mungkin ada ekosistem laut yang tidak terpengaruh dengan sisa-sisa polusi buatan manusia,” kata Jamieson.
(mtd/min)