MEDAN,MEDAN-TODAY.com – Proses penggusuran puluhan rumah di kawasan pinggir rel kereta api yang berada di Jalan Timah, Medan Area, Rabu (26/10) akhirnya berakhir dengan kericuhan. Belasan warga yang didominasi perempuan melempar personel gabungan dengan tanah saat menuju lokasi penggusuran.
Petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI) dibantu petugas Polrestabes Medan dan TNI melakukan penggusuran rumah di bantaran rel terkait proyek double track kereta api jalur Medan-Kualanamu(bandara).
Petugas polisi pun menarik beberapa perempuan, yang diduga melakukan pelemparan dan dibawa ke Polsek Medan Area.
“Tolong-tolong Pak Polisi jangan tangkap anakku. Jangan bawa kami. Kami sekadar mempertahankan rumah,” teriak satu dari belasan perempuan tersebut sembari terdengar perintah agar polwan membawa mereka ke Polsek.
“Bukan tanah kalian ini, ngapain melempar kami. Tangkap saja, perempuan berkacamata itu provokatornya (Atika Bangun),” ujar beberapa polisi.
Tak lama kemudian, belasan personel Sabhara dan polwan mengepung Yeyen sekeluarga. Petugas kemudian mengarahkan mereka menjauh dari bantaran rel kereta. Saat menjauh dari bantaran rel, Yeyen terjatuh.
“Tolong, tolong sakit kaki aku ini. Tolong Pak, jangan dorong dan bawa kami,” katanya.
Proses penertiban rumah sekitar pukul 11.00 WIB. Sebanyak ratusan polisi dan alat berat langsung diarahkan ke permukiman warga. Alhasil, puluhan warga berteriak melontarkan makian, melempar lumpur hingga akhirnya berakhir ricuh dengan petugas kepolisian.
Penertiban rumah selesai pukul 15.00 WIB. PT KAI sedang merealisasikan proyek double track jalur Medan-Bandara Kualanamu.
Humas PT KAI Divre 1 Sumut Joni Martinus menjelaskan sedikitnya 21 rumah yang harus ditertibkan karena pembangunan double track kereta api.
“Yang ditertibkan 21 rumah. Tahun lalu 60 rumah yang ditertibkan di sana. Namun, sebagian besar warga sudah digusur, kembali membuat bangunan, empat meter dari batas yang ditentukan,” katanya.
Ia menjelaskan, PT KAI sudah menyediakan uang tali asih untuk warga Rp 1,5 juta. “Ada warga yang sudah ambil uang tali asih. Tapi, banyak pula yang belum ambil. Mereka tinggal di atas tanah negara dan sekarang tanah itu diperlukan untuk pembangunan elevated,” ujarnya. (mtd/tribunmedan/dis)