NPL Komersial di Bank Besar Masih Besar

0
254

medanToday.com, JAKARTA – Penyaluran kredit komersial bak momok bagi perbankan. Kredit segmen ini menjadi penyumbang terbesar kenaikan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan. Ini tercermin dari sejumlah bank besar yang mengalami kenaikan rasio NPL pada pembiayaan komersial.

Ada dua bank yang rasio NPL di kredit komersial tinggi. Yakni, PT Bank Mandiri Tbk memiliki rasio NPL kredit komersial sebesar 10,16% per September 2017. Angka ini naik 382 basis poin (bps) dari posisi NPL 6,34% per September 2016.

Lalu, PT Bank CIMB Niaga Tbk mencatat rasio NPL komersial sebesar 8% per September 2017. Rasio kredit bermasalah ini mulai membaik dibandingkan posisi 8,3% di September 2016.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas pengelolaan aset produktif. Bank Mandiri memperkirakan rasio NPL kredit komersial terus susut di akhir tahun ini.

“Ada proyeksi perbaikan penyaluran kredit terutama kepada korporasi,” katanya, kepada KONTAN, Rabu (8/11). Perbaikan ini seiring dengan situasi ekonomi yang mulai sehat di kuartal IV 2017.

Serupa, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengalami kenaikan rasio NPL sektor menengah komersial. Adapun, NPL menengah komersial ini terbagi menjadi dua. Yakni, sektor kecil komersial mempunyai NPL 3,49% dan sektor menengah mencatat NPL 6,06% per September 2017.

Direktur BRI Donsuwan Simatupang menyampaikan, NPL sektor menengah komersial BRI utamanya dari sektor perdagangan. Misalnya, toko tradisional kalah bersaing dengan ritel modern dan perdagangan online atau e-commerce.

Bank ini memiliki strategi untuk mengatasi NPL tersebut. Salah satunya, BRI menganjurkan debitur masuk ke sektor produktif dan memanfaatkan pasar online untuk memasarkan produk.

Selain itu, BRI juga akan membekali debitur menengah komersial dengan edukasi terkait peningkatan kapasitas. Jika sudah menjadi NPL, maka BRI akan terus menggiatkan restrukturisasi lelang dan penjualan jaminan.

Tambah jaminan

Sementara Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja BCA menuturkan, BCA akan terus memperhatikan kualitas kredit terutama pinjaman baru untuk menjaga kualitas NPL komersial.

Untuk menjaga kualitas kredit, BCA meminta jaminan yang lebih besar dan usaha tagih atau jumlah jaminan yang mencukupi untuk menutup NPL jika sudah macet.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga menyiapkan strategi untuk menjaga kredit bermasalah sektor komersial. Harapannya, BNI dapat dapat menekan rasio NPL komersial di bawah 3% hingga akhir tahun ini.

Direktur Bisnis Menengah BNI Putrama Wahyu Setyawan mengatakan, sektor yang menyumbang NPL komersial adalah perdagangan, restoran dan hotel. BNI mencatat NPL ketiga sektor tersebut sebesar 3,9% per kuartal ketiga ini.

Untuk menjaga NPL sektor komersial, bank berkode saham BBNI ini akan menjaga proses pemberian kredit secara terjaga atau prudent. Hal ini dengan mengambil langkah konservatif dalam melakukan penyaluran kredit. Selain itu, BNI meningkatkan porsi rasio agunan aset tetap terhadap kredit. Saat ini, rasio aset tetap BNI dibandingkan kredit sebesar 97,4%.

(mtd/min)