Pabrikan Semen Masih Utamakan Pasar Domestik

0
223
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (4/9). - JIBI/Felix Jody Kinarwan

medanToday.com – Produsen semen masih memprioritaskan penjualan produk ke pasar domestik. Ketatnya persaingan di pasar regional memaksa produsen domestik membanting harga saat melepas produk ke pasar ekspor.

Direktur Utama PT Semen Baturaja Rahmad Pribadi menyatakan kelebihan kapasitas semen di Indonesia tak serta merta membuat pabrikan mengalihkan penjualan ke pasar ekspor.

“Kami masih utamakan pasar lokal di Sumatera, karena harga jualnya jauh lebih baik daripada dilepas ke pasar ekspor,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (25/9/2017).

Menurutnya, seluruh produsen semen belum mengkapitalisasi pasar domestik dengan baik meski terjadi kelebihan pasokan sejak 2 tahun belakangan.

Salah satunya penyebabnya adalah sebaran pabrik-pabrik yang kurang merata dan terus terpusat di Jawa dan Sumatera. “Akhirnya masing-masing cenderung memperkuat positioning di homebasenya.”

Rahmad menyatakan perseroan memfokuskan penetrasi penjualan pada area selatan Sumatra mengingat permintaan semen pada area Sumatra Selatan, Lampung, Bengkulu, dan Jambi mencapai 6 juta ton.

Sementara itu, pasokan semen di Sumatra hanya dipasok perseroan dengan kapasitas 3,85 juta ton. “Dengan kapasitas terpasang yang ada sekarang pun kami belum mampu penuhi 100% permintaan di homebase kami,” ujarnya.

Sebelumnya, konsumsi semen nasional melanjutkan tren positif pada Agustus 2017 yang didorong permintaan di Jawa dan kawasan Indonenesia Timur.

Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia, mengatakan konsumsi semen pada Agustus 2017 tercatat sebesar 6,47 juta ton atau tumbuh sebesar 9% secara tahunan (year on year). Pada bulan sebelumnya, konsumsi semen berada di angka 5,59 juta ton.

Secara kumulatif, penjualan semen domestik sepanjang Januari 2017 hingga Agustus 2017 tercatat sebesar 41,1 juta ton atau meningkat 5,6% y-o-y.

“Konsumsi semen nasional mulai menggeliat di semua daerah, kecuali Kalimantan dan Nusa Tenggara yang mengalami penurunan. Pembangunan infrastruktur di Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Indonesia Timur kelihatan mulai lancar,” ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Apabila dirinci, Jawa mencatatkan pertumbuhan paling besar pada Agustus 2017, yakni sebesar 14% y-o-y, disusul kawasan Indonesia Timur sebesar 12,6%. Konsumsi di Sulawesi dan Sumatra tercatat masing-masing sebesar 11% dan 5% secara tahunan.

(MTD/MIN)