medanToday.com,GUNUNGSITOLI – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) HT Erry Nuradi resmi menutup Pesta Ya’ahowu Ono Niha ditandai dengan pemukulan gong di Taman Ya’ahowu Jl. Pelabuhan Lama, Pasar Luaha, Kota Gunungsitoli, Sabtu (26/11) malam.

Pesta Ya’ahowu yang digelar di 4 Kabupaten dan 1 kota di Kepulauan Nias berjalan sukses dan meriah ditandai dengan pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MuRI) untuk tarian kolosal Maena (tari Maena Nias).

Hadir dalam penutupan tersebut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman,Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan Haru Tamtomo, Tokoh Masyarakat Nias Mayjen (Purn) TNI Cristian Zebua, Pimpinan SKPD Pemprovsu, Forum Kepala Daerah sekepulauan Nias, Forkopimda sekepulauan Nias, tokoh adat, tokoh agama dan ribuan masyarakat.

Gubsu HT Erry Nuradi bersama Ketua TP PKK Sumut Hj Evi Diana Erry mendapat kehormatan untuk menutup kegiatan yang merupakan ajang promosi kebudayaan dan pariwisata di Kepulauan Nias. Bahkan sebelum penutupan, tarian kolosal masyarakat Kepulauan Nias mendapatkan penghargaan dari MuRI dengan jumlah peserta mencapai 5.047 penari.

Dalam kesempatan itu, Gubsu Erry Nuradi mengatakan Kepulauan Nias memiliki destinasi wisata yang tidak hanya diminati oleh turis domestik tetapi juga oleh turis mancanegara. Tidak hanya kaya akan wisata baharinya, Kepulauan Nias juga dikenal dengan atraksi budayanya seperti halnya lompat batu. Oleh karenanya tidak salah jika Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki komitmen untuk memajukan dunia pariwisata di Sumut salah satunya dengan mengalokasikan anggaran Rp100 juta kepada Kabupaten Kota yang menggelar kegiatan untuk mempromosikan dunia pariwisata.

“Kita sudah berkomitmen memberikan stimulus kepada daerah-daerah yang menggelar even-even seperti ini sebesar Rp100 juta. Tolong sampaikan kepada Pak Menteri, langkah kami ini hendaknya Kementerian Pariwisata melakukan hal yang sama. Tolong sampaikan kepada Pak Menteri ya Pak Deputi. Tentunya pariwisata di Sumut akan semakin maju jika mendapat dukungan dari Kementerian,”ujar Erry Nuradi disambut dengan tepuk tangan masyarakat yang hadir.

Dikatakan Erry saat ini memang dunia pariwisata di Kepulauan Nias masih belum bisa diandalkan untuk pendapat asli daerah (PAD). Karena berdasarkan catatan BPS jumlah turis ke kepulauan Nias masih dibawah 25 ribu orang pertahun. Namun jika potensi tersebut dapat digali maksimal maka pendapatan dari sektor pariwisata dikepulauan Nias patut diperhitungkan.

“Untuk itu perlu dukungan semua pihak termasuk juga masyarakatnya. Masyarakat, pemerintah, tokoh adat, tokoh agama mari saling bahu-membahu. Pemprovsu akan tetap mendukung setiap kegiatan pariwisata di Sumut. Termasuk juga perbaikan infrastruktur. Tapi saya cukup salut dan bangga dengan Walikota Gunungsitoli yang saya lihat pembangunan disini cukup pesat,”ujar Erry.

Tokoh masyarakat Nias Mayjen Purn Cristian Zebua mengaku bangga Pesta Ya’ahowu Ono Niha kembali digelar setelah sempat terhenti di tahun 2006 lalu. Cristian berharap pemerintah pusat dan Provinsi terus mendukung agar kepulauan Nias masuk kedalam 10 destinasi wisata di Indonesia.

“Kepada pemerintah jangan tanggung-tanggung memberi dukungan. Kepada Kepala Daerah, pesta ini menjadi modal agar Nias semakin dikenal. Ini harus dipertahan dan ditingkatkan. Kepada anak-anak muda semangat belajar. Darah macan kita yang selalu mau perang ini harus dirubah menjadi semangat untuk berprestasi. Tetap bersatu dengan meminta pertolongan tuhan. Tidak ada yang mustahil dengan pertolongan Tuhan,”ujarnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman berharap agar kegiatan seperti pesta Ya’ahowu menjadi agenda tahunan. Karena dengan kegiatan tersebut maka Kepulauan Nias akan terpromosikan. Dadang pun mengaku kalau Kementerian Pariwisata sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang mempromosikan dunia pariwisata.

“Kalau dilihat potensi jelas ada. Tinggal diidentifikasi ikonnya apa. Semakin banyak Ikon semakin dikenal. Misalnya baharinya, kebudayaannya, atau wisata buatan. Semuanya harus punya masterplane. Kalau sudah punya mari kita bicarakan selanjutnya mau diapakan. Kami senantiasa mendukung dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan ini,”pungkasnya.(mtd/ril)