medanToday.com, NEW DELHI – Sebuah rumah sakit di India mendapat sorotan karena mematok biaya yang sangat besar pada sebuah keluarga.
Adya Singh, bocah perempuan berusia tujuh tahun asal New Delhi, meninggal akibat Demam Berdarah Dengue September lalu.
Sebelum meninggal, Adya sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Fortis di Gurgaon, pinggiran New Delhi.
Dilansir BBC Selasa (21/11/2017), tim dokter Fortis berkata kepada ayah Adya, Jayant Singh, bahwa putrinya mengalami kerusakan otak yang parah.
Namun, dokter tidak menunjukkan hasil pengamatan MRI Adya.
Jayant pun meminta kepada dokter agar diperbolehkan membawa pulang Adya. Namun, rumah sakit melarangnya hingga Adya dinyatakan meninggal.
Melalui status Facebook-nya, Jayant dengan emosional berujar bahwa dia sempat meminta sertifikat kematian kepada Fortis.
Namun, rumah sakit menyuruhnya untuk melunasi biaya rumah sakit sebesar 25.000 dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp 338 juta.
Biaya itu termasuk 600 jarum suntik, dan 1.600 pasang sarung tangan selama dua pekan perawatan.
Yang membuat Jayant begitu murka selain biaya yang tidak masuk akal, rumah sakit juga tidak menyediakan ambulans untuk membawa pulang jenazah putrinya.
Jayant terpaksa harus memanggil sendiri ambulans.
Selain itu, rumah sakit dianggap tidak jujur dalam memaparkan penyakit apa yang sebenarnya sedang diderita oleh Adya.
“Ini adalah sistem di negara India dimana rakyat harus membayar begitu besar untuk kesalahan menyelamatkan hidup pasien,” kecam Jayant melalui laman “Bertarung Melawan Korupsi di Kesehatan”.
Keluhannya pun sampai ke Menteri Kesehatan Jagat Prakash Nadda.
Via Twitter, dia meminta Jayant untuk memberikan keterangan lebih rinci. “Kami akan segera mengambil tindakan yang dibutuhkan,” ujar Nadda.
Namun, Fortis menanggapi keluhan itu lewat pernyataan resmi bahwa penanganan itu telah sesuai dengan standard yang berlaku.
(mtd/min)