medanToday.com,JAKARTA – Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku pernah sangat marah kepada semua orang, termasuk Presiden Joko Widodo, dan stres di periode awal penahanannya.
Hal ini diungkapkan Ahok dalam acara Peluncuran Buku ‘Panggil Saya BTP’ di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (17/2).
Ahok mengaku sempat marah kepada semua orang karena merasa diperlakukan berbeda akibat kasus penistaan agama.
“Marah kepada siapa?” tanya moderator acara tersebut.
“Semua orang,” timpal Ahok.
“Termasuk Jokowi?” moderator kembali bertanya.
“Semua saya marah,” Ahok merespons.
Selama di tahanan, dia kerap memikirkan hal tersebut sehingga membuatnya semakin stres. Namun, ia perlahan menemukan solusinya dengan difasilitasi lewat menulis.
“Saya berusaha, i’m doing my best. Jadi yang saya tulis, i’m doing my best. Waktu saya stres. Kalau saya lagi kecewa atau marah saya tulis. Kekecewaan kemarahan saya tulis, lalu solusinya apa. Saya harus temukan solusi sendiri. Kalau saya enggak temukan solusi sendiri, bisa tabrak kepala ke tembok,” tuturnya.
“Akhirnya saya ngerti, satu-satunya cara ngatasi ini belajar memaafkan. Semua saya tulis. Besoknya saya tulis kenapa saya seperti ini,” Ahok menambahkan.
Selain memikirkan kasus tersebut, menurutnya, hal yang membuat tingkat stresnya naik adalah memikirkan hal-hal di luar tahanan meskipun itu sepele.
Dia mencontohkannya saat teman-temannya berkunjung ke tahanan. Saat itu, kata Ahok, mereka menceritakan soal makan di sebuah restoran cepat saji.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mengaku sempat memikirkan bentuk restoran cepat saji itu. Semakin dipikirkan, ia makin ingin tahu bentuk restoran cepat saji tersebut.
Namun, ia menyadari bahwa selama di tahanan ia tidak akan bisa memenuhi rasa penasarannya tersebut karena di luar jangkauan.
“Di dalam tahanan itu tidak boleh mikir apapun yang enggak bisa kita dapat. Saya udah tahu teorinya. Di dalam tahanan mesti pikirin sesuatu baik, bagus. Lu enggak usah mengkhayal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ahok pun mengaku tensi darahnya sempat rendah dan menyentuh angka 70/50 akibat stres itu.
“Kalau masalah itu ada titik nadirnya. Kalau enggak bisa naik sampai titik nadir, jadi gila atau depresi. Kalau bisa naik, dia balik lagi lah jadi kuat,” tuturnya.
Diketahui, Ahok sempat ditahan di Rutan Mako Brimob, Depok, selama kurang lebih 20 bulan karena kasus dugaan penistaan agama. Setelah masa hukumannya tuntas, dia menjadi kader PDIP dan kemudian diangkat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).(mtd/min)
=======================