medanToday.com,MEDAN – Tak bisa dipungkiri, kehadiran pers sangat membantu dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan. Sayangnya belum ada museum yang dibuat khusus, untuk memperlihatkan koleksi sejarah perjuangan pers.
Drs H Muhammad TWH (Tok Wan Haria), seorang pejuang Kemerdekaan RI yang tinggal di Jalan Sei Alas, Medan telah membuat kediamannya menjadi Museum Perjuangan Pers pertama di Indonesia.
Bobby Nasution pun menjadi Bakal Calon Walikota Medan pertama yang berkunjung ke museum ini. Selasa (17/3/2020), meski hujan, mantan Manajer Medan Jaya ini terlihat memasuki kediaman, sekaligus museum TWH.
Dia disambut langsung oleh pemilik rumah yang sudah menanti mengenakan baju pejuang, lengkap dengan kelengkapannya.
“Kepada Bung Nas (Bobby Nasution), kita doakan berhasil. Kita doakan supaya nanti dia punya perhatian lebih kepada museum perjuangan pers ini. Karena yang pertama yang datang ke sini baru bung Nas,” ucap penerima anugerah Kuraktor Komunikasi Indonesia (AKI) 2018 ini.
Meski harus didorong dengan kursi roda, dengan semangat TWH menceritakan tentang koleksi yang ada di museum tersebut kepada Bobby.
“Andaikan waktu itu Balaikota dijadikan museum Kota Medan, alangkah indahnya. Tidak akan kalah dengan museum di wilayah lain. Tapi nyatanya sekarang hanya menjadi restoran, dan nilai sejarahnya seperti hilang,” ucap TWH kepada Bobby menjelaskan sebuah tulisannya yang dimuat di Harian Mimbar Umum.
Kata dia, Balaikota Medan di masa AS Rangkuti, pindah ke balaikota sekarang (Kantor Walikota Medan). Kondisi Balaikota yang kosong, pernah diungkit oleh TWH melalui tulisan, supaya dijadikan museum Kota Medan.
Untuk itulah, TWH sangat berharap agar Walikota Medan yang akan datang, bisa mengembalikan fungsi Balaikota. Sehingga bisa menjadi salah satu objek sejarah, museum, yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.
“Medan harus ada, museum Kota Medan, karena perjuangan di Medan ini juga luar biasa,” tuturnya.
Wartawan senior Sumut ini berharap, dengan adanya museum perjuangan pers, generasi muda mengetahui bahwa pers jauh sebelum kemerdekaan sudah berjuang. “Sekarang banyak yang tidak tahu,” jelas dia.
Kepada Bobby, TWH juga menunjukkan foto tokoh-tokoh perjuangan pers Sumut, termasuk Ani Idrus dan Arif Lubis. “Karena kita juga merencanakan. Apa yang pernah dilakukan oleh jurnalistik yang lalu itu, supaya diketahui oleh generasi muda,” jelasnya.
Dia bilang, sasaran utamanya membuat museum perjuangan pers ini, tidak lain adalah generasi muda, terutama generasi milenial. Karena mereka harus tahu, bukan hanya partai politik, namun pers juga banyak mengisi kemerdekaan.
TWH menjelaskan, museum ini memang baru berdiri sejak 19 November 2019. Bersamaan dengan ulang tahunnya ke-87. “Karena dulu banyak tertumpuk, saat sakit, saya berinisiatif membuat museum perjuangan pers,” jelasnya.
Namun, sambungnya, salah seorang tokoh pers nasional, Rosihan Anwar pernah melihat koleksinya dan menyatakan paling lengkap dari daerah lain di Indonesia.
Koleksi yang dikumpulkannya sejak tahun 70-an, dimulai sejak Bustanul Arifin membuat museum perjuangan, diharap bisa dibuatkan tempat khusus untuk memancing generasi muda, supaya melihat perjuangan pers dari masa ke masa.
Dalam pertemuan ini, TWH pun menyerahkan tiga karyanya kepada Bobby Nasution. Yakni buku berjudul Belanda Gagal Rebut Pangkalan Brandan, Sejarah Pers Sumut dan Materi Pembuatan Berita.
Kepada TWH, Bobby Nasution mengucapkan terima kasih banyak. Lantaran setelah melihat koleksi museum perjuangan pers ini, banyak pembelajaran yang bisa diambilnya.
“Mudah-mudahan nanti bisa kita perjuangkan museum ini,” tuturnya.
Jebolan S2 Agribisnis IPB Bogor ini pun berharap, generasi muda, khususnya generasi milenial bisa datang ke museum ini untuk melihat langsung bukti perjuangan dalam kemerdekaan Indonesia, khususnya di Sumut. (mtd/min)
===================