Selama Satu Dekade, SUMUT Gagal Menjadi Provinsi ‘Papan Atas’ di Indonesia

0
598
Teuku Erry Nuradi (kiri). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Medantoday.com, MEDAN – Dalam satu dekade (10 tahun) terakhir Sumatera Utara kehilangan kesempatan dalam menempatkan diri sebagai provinsi ‘papan atas’ atau provinsi yang maju di Indonesia, terutaman dalam bidang pembangunan ekonomi dan infrastruktur.

Hal ini terlihat jelas bahwa Sumut sangat sulit menentukan siapa orang yang tepat menduduki jabatan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut.

Hal ini dikatakan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing, Senin (4/9/2017).

“Saya prihatin dengan kondisi kepemimpinan dan pembangunan Sumut selama satu dekade terakhir ini,” kata alumni SMAN 1 Negeri Medan ini.

Ia mengatakan keberhasilan suatu daerah ditentukan oleh pemimpin daerah tersebut. Karena, katanya kepemimpinan dan pembangunan memiliki hubungan yang sangat erat.

“Hubungan antara pemimpin dan pembangunan itu seperti hubungan dua sisi mata uang,”ujarnya.

Dikatakannya, banyak daerah yang mengalami kemajuan karena pemimpinnya dan sebaliknya banyak juga suatu daerah mengalami kemunduran atau tidak mengalami karena pemimpinnya tidak mampu memimpin atau dengan kata lain dipaksakan untuk memimpin.

“Satu hambatan pembangunan kita saat ini justru datang dari pemimpin daerah. Mudah bagi kita melihatnya, dengan banyaknya pemimpin daerah mulai dari bupati, Wali kota hingga gubernur tersangkut hukum karena korupsi, sehingga kepala daerah masuk penjara, sehingga daerah tersebut tidak punya pemimpin. Atau dengan kata lain, anak kehilangan induk. Ini fakta dan realitas yang berkembang selama satu dekade terakhir ini. Akibatnya daerah tersebut mengalami kemunduran pembangunan,”kata Emrus Sihombing.

Ia mengaku, Sumut termasuk dalam kategori yang tidak maju karena kehilangan sosok pemimpin, karena Gubernurnya tersangkut hukum.

Akibatnya, momentum untuk membangun pun selama hampir satu dekade tidak stabil, sehingga hasil pembangunan menjadi kurang optimal. Utamanya pembangunan ekonomi dan infrastruktur.

“Karena itu, momentum Pilgub Sumut Tahun 2018, hendaknya dapat digunakan sebagai momentum mencari dan menemukan sosok pemimpin baru yang benar-benar mampu dan mumpuni dalam memimpin, sehingga pembangunan Sumut dapat berhasil dengan baik,” katanya.

Kepada media, Emrus Sihombing menjelaskan, bahwa saat ini masyarakat dan khususnya parpol harus sungguh-sungguh mencari dan berupaya mendapatkan sosok pemimpin baru Sumut yang dapat diandalkan membawa kemajuan.

“Dari sosok balon Gubernur Sumut 2018-2023, yang mulai muncul, tampaknya perlu diseleksi secara objektif, arif dan bijaksana, sehingga Sumut menghasilkan sosok pemimpin baru yang dapat diandalkan, dapat membawa perubahan secara berarti bagi masyarakat Sumut,” sebutnya.

Menurutnya, beberapa kriteria penting yang perlu diperhatikan adalah mulai kemampuan memimpin, jejak rekam, dan termasuk angka partisipasi pemilih saat si pemimpin terpilih dan raihan suaranya.

“Kemampuan dimaksud utamanya adalah kemampuan Sang Pemimpin Sumut untuk mensinerjikan konsep dan implementasi pembangunan di 33 kabupaten/kota, mensinerjikan Sumut dengan provinsi lain di Indobesia, dan mensinerjikan pembangunan Sumut dengan dunia internasional,” jelas Emrus Sihombing.

“Saya melihat, selama satu dekade terakhir ini hampir tidak terjadi sinerjitas pembangunan tersebut di Sumut. Masing-masing kabupaten/kota sepertinya jalan sendiri-sendiri (one man show). Gubernur sebagai leading leader 33 kabupaten/kota tampaknya belum optimal dalam mensinerjikan roda pembangunan dan roda pemerintahan. Akibanya, pembangunan Sumut sepertinya berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas, terukur, dan seakan nihil output,” katanya.

“Karena itu, sebagai putra kelahiran Sumut, alumni SMA Negeri 1 Medan, merasa prihatin dan terpanggil memberikan saran dan masukan kepada saudara-saudara di Sumut termasuk parpol agar sungguh-sungguh dan secepatnya mencari dan menemukan sosok mutiara baru, mutiara pemimpin baru Sumut,”ujarnya.

Ketika ditanya wartawan, dari sosok figur yang muncul, siapakah mutiara pemimpin baru Sumut itu, Emrus, menjawab bahwa sosok tersebut ditandai dengan track record saat menjadi pemimpin.

Kemudian, persentasi pemilih saat dia terpilih sebagai pemimpin daerah, dan terakhir adalah konsep yang ditawarkan kepada masyarakat Sumut.

Soal siapa saja sosok mutiara baru Sumut itu, Emrus Sihombing menjawab, setidaknya ada tiga, yakni Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi, Bupati Simalungun JR Saragih, dan Tuani Lumbantobing (mantan Bupati Tapteng 2 periode).

“Edy Rahmayadi, termasuk sosok pemimpin baru Sumut, bahkan sudah nasional. Karena itu, kalau saya berpendapat, Edy Rahmayadi lebih tepat untuk dipersiapkan sebagai pejabat menteri, misalnya menteri pertahanan,” katanya.

“Dr JR Saragih juga sosok pemimpin baru Sumut dan Beliau termasuk pengusaha. Namun ada hal yang terakhir terdengar bahwa Beliau sering melakukan gonta ganti staf dan pejabat SKPD, sehingga tampak membuat bawahannya selalu khawatir dalam melaksanakan tugas. Saya kurang tahu, berapa persen partisipasi pemilih saat Beliau menang sebagai bupati periode 1 dan 2,” kata Emrus Sihombing.

Emrus Sihombing kemudian mengaku melihat dan mencermati sosok Tuani Lumbantobing, tampaknya selama ini kurang dianggap sebagai sosok yang santer untuk pemimpin Sumut.

Tapi sebenarnya, apabila dicermati, katanya, bahwa selama menjabat Bupati Tapteng dua periode, ada banyak hal yang perlu dinilai.

“Pertama, Beliau tidak tersangkut hukum selama menjabat. Kedua, selama menjabat di Tapteng, tercipta harmonisasi antara eksekufif dan legislatif, termasuk kepada dunia usaha dan kelompok sosial (social comunity). Ketiga, rekruitmen staf dan pimpinan SKPD berjalan secara sistematis, dan jarang terjadi gonta-ganti. Keempat, saat maju pilkada periode kedua, Beliau mendapat dukungan suara hingga 90 persen. Artinya, masyarakat berperan aktif dalam pemilihan. Ini pertanda masyarakat telah merasakan hasil pembangunan. Kelima, konsep yang ditawarkan jelas, dan sudah pernah dilakukan semasa bupati, dan sifatnya hanya melanjutkan dan mengembangkan implementasi, yang dinamai dengan ‘Konsep Sumut Sinergy’. Saya mendengar konsep tersebut sudah dipaparkan dihadapan pengurus PPP Sumut saat rakerda PPP Sumut baru-baru ini,” urainya.

“Ini yang saya msksud, perlunya partai dan masyarakat mencari dan menemukan sosok mutiara baru untuk memimpin Sumut. Dengan ditemukannya pemimpin baru yang mampu dan mumpuni melaksanakan roda pemerintahan dan pembangunan, maka Sumut akan semakin baik,” kata Dr Emrus Sihombing.

(*/medantoday.com)