medanToday.com, TAPANULI TENGAH – Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara, Sihar Sitorus memulai kunjungannya di Tapanuli Tengah, dengan wisata religi, Rabu (28/3/2018). Tugu Titik Nol Islam Nusantara dan Makam Mahligai menjadi tempat yang ditujunya untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah masuknya Islam ke nusantara.
Tugu yang terletak di pinggir pantai Barat Sumatera di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah ini, Sihar melihat dari dekat tugu yang diresmikan Presiden RI Jokowi Widodo, 24 Maret 2017 itu. Tugu (Monumen) yang memiliki tiga tiang penyangga bola dunia ini memiliki filosofi adat Batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.
Sihar yang turut didampingi pengurus PDI Perjuangan dan PPP Kab Tapteng, relawan Djarot-Sihar (Djoss), serta pemandu religi, Maskuddin Simanjuntak mencoba mengenal lebih dalam masuknya Islam ke Nusantara.
“Tugu ini sebagai bukti bahwa Barus yang terletak di Tapanuli Tengah ini menjadi bagian dari sejarah masuknya agama Islam ke Nusantara ini. Ini terjadi karena kekayaan yang dimiliki Kota Barus ini, yaitu kapur barus. Ini menjadi kebanggaan kita semua warga Sumut,” tutur Sihar.
Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo dan pedagang-pedagang dari Persia, bahkan dari seluruh penjuru dunia berdatangan ke kota ini di masa-masa kejayaannya. Dulunya, aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus.
Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh agama Kristen ke Nusantara.
Sihar kemudian melanjutkan perjalanannya ke Makam Mahligai. Jumlah makam yang terdapat di tempat bersejarah itu, diperkirakan lebih kurang 215 makam dengan batu nisan yang besar dan kecil. Makam tersebut dengan ukiran bergaya Arab. Salah satu makam di kompleks ini adalah Tuan Syekh Rukunuddin, wafat malam 13 Syafar, Tahun 48 Hijriah (48 H) abad ke 7 M, dalam usia 102 Tahun, 2 Bulan, 10 Hari.
Selain itu, sejumlah ulama besar penyebar Islam lainnya juga dimakamkan di kompleks tersebut. Di antaranya, Syekh Rukunuddin, Syekh Ushuluddin, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ilyas, Syekh Imam Khotib Mu’azzamsyah Biktiba’i, Syekh Syamsuddin, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang dan Tuanku Makdum.
Seluruh makam-makam ini menunjukkan fakta sejarah bahwa sekitar abad ke 7 masehi, agama Islam telah ada di Kota Tua Barus, dan melihat tahunnya, Barus merupakan awal mula masuknya Islam di Indonesia, jauh lebih tua dari sejarah Wali Songo di Pulau Jawa.
“Perjalanan saya hari ini, benar-benar mengenal masuknya agama Islam. Tugu titik nol Islam dan Makam Mahligai ini menjadi bukti kuat yang menceritakan sejarah masuknya Islam ke Barus ini. Apa yang menjadi bukti sejarah ini harus kita rawat dan jaga bersama untuk kita wariskan kepada anak cucu kita kelak,” pungkas Sihar.
Maskuddin Simanjuntak menyebutkan, tugu titik nol dan Makam Mahligai ini menjadi bukti sejarah awal mula masuknya agama Islam ke Nusantara ini. “Kekayaan yang dimiliki Barus, yakni kapur barus menjadi daya tarik para ulama untuk datang dengan maksud berdagang sekaligus menyiarkan Islam,” pungkasnya. (mtd/min)
==================