Smartfren Tertarik Kerjasama dengan Google Loon

0
270
Google co-founder and President of Alphabet Sergey Brin (kanan) berjalan di samping balon raksasa Project Loon di Kantor Google X Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu (28/10). Project Loon berfungsi sebagai menara telepon seluler (BTS) terbang yang memancarkan sinyal untuk telepon pintar (smart phone), berbentuk balon raksasa mengudara dengan angin stratos fenik di ketinggian dua kali pesawat komersial atau sekitar 20 kilometer dari permukaan bumi. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/15.
Google co-founder and President of Alphabet Sergey Brin (kanan) berjalan di samping balon raksasa Project Loon di Kantor Google X Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu (28/10). Project Loon berfungsi sebagai menara telepon seluler (BTS) terbang yang memancarkan sinyal untuk telepon pintar (smart phone), berbentuk balon raksasa mengudara dengan angin stratos fenik di ketinggian dua kali pesawat komersial atau sekitar 20 kilometer dari permukaan bumi. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/15.

medanToday.com, JAKARTA – Seiring berkembangnya dunia digital, industri telekomunikasi pun turut melakukan penyesuaian.

Adapun, industri telekomunikasi saat ini tengah dihadapkan pada isu mengenai kehadiran Google Loon yang akan memancarkan sinyal internet ke daerah.

Dalam menghadapi hal itu, salah satu operator telekomunikasi Indonesia, PT Smartfren Telecom Tbk membuka diri untuk menjalin kerja sama. Di sisi lain, perusahaan berkode saham FREN ini juga mencari strategi untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada.

Merza Fachys, Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk menilai rencana Google yang akan menerbangkan Google Loon untuk memancarkan sinyal internet ke daerah sampai saat ini belum memiliki aturan yang cukup jelas. “Setiap benda yang terbang di wilayah udara Republik Indonesia dan atau menempati geostationiar di wilayah RI tentu ada syarat dan regulasinya,” katanya ketika dihubungi KONTAN, Jumat (26/10/2017).

Menurut Merza, balon tersebut akan bekerja pada frekuensi pemancar dan receive tertentu, sehingga mengharuskan Google untuk memegang izin frekuensi serta izin sebagai penyelenggara jaringan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000.

Jika aturan dan operasional Loon sudah jelas, lanjut Merza, pihaknya ingin menjalin kerja sama dengan Loon dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perluasan jaringan internet, seperti penyediaan sarana prasarana dan sebagainya.

“Kalau mereka kerja sama dengan Smartren, maka akan berdampak positif untuk bisnis kita,” ujarnya.

Merza menilai, meski pada akhirnya nanti Google akan menggandeng operator telekomunikasi Indonesia, dalam hal ini Smartfren untuk penyediaan frekuensi, hal tersebut tidak langsung berimbas pada pengurangan tenaga kerja.

Pasalnya, tenaga SDM Smartfren saat ini memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan sebagai penyedia layanan telekomunikasi.

Kendati begitu, dia meyakini, seiring berkembangnya waktu, jika semua operator telekomunikasi Indonesia mengandalkan Google Loon, tidak menutup kemungkinan, berkurangnya SDM di perusahaan tersebut bakal terjadi.

“Kalau suatu hari nanti semua operator di Indonesia memakai Google Loon semua, ya bisa beda ceritanya,” kata dia. Untuk mensiasati hal itu, lanjut Merza, pihaknya bakal memberikan pendidikan – pendidikan khusus dalam proses rekruitmen yang dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan.

(mtd/min)