medanToday.com,MEDAN – Kejahatan menimpa dan menewaskan satu keluarga terulang lagi di Medan. Minggu (9/4) kemarin, pasangan suami istri, mertua dan dua anak mereka meninggal akibat kekejian penjahat yang diduga berjumlah dua orang. Hanya seorang bayi di bawah usia lima tahun, Kinara (4), anak bungsu, yang selamat. Itu pun kondisinya kritis.
Pembunuhan yang terjadi di Mabar, Medan Deli, Minggu (9/4) cukup tragis, pasalnya satu keluarga, terdiri lima orang meninggal dunia. Pada umumnya, mereka meninggal karena benda tajam.
Adapun Kinara masih kritis dan dirawat di Rumah Sakit Mitra Medica, karena mengalami luka pada bagian kepala, wajah dan mata sebelah kiri. Warga dan petugas kepolisian menemukan Kinara dalam kondisi luka-luka, sembunyi di kolong tempat tidur di kamar utama.
Pada pekan yang sama, Kamis, 6 April 2017, kejahatan menyasar satu keluarga juga terjadi. Lokasi kejadaian di Simpang Gardu Jalan Lau Cih Kuta, Kelurahan Sidomulio, Kecamatan Medan Tuntungan. Korban diduga dibunuh lalu dibakar, yakni Marita beru Sinuhaji (54), Prengky Ginting (30) Selfy (5) dan Violet (3,5). Dari satu keluarga, hanya, Gandi Ginting, suami Marita, yang selamat. Saat kejadian, dia sedang berada di luar kota.
Terkait pembunuhan Riyanto dan keluarga, sepekan sebelum tragedi, sepertinya ada firasat pada sang kepala rumah tangga.
Riyanto mendadak gemar menggendong Kinara, putri bungsunya saat menghadiri acara pengajian masyarakat. Bahkan, saban hari, ia rutin membawa putrinya jalan-jalan di seputaran rumah.
“Satu pekan ini, memang perilaku Riyanto agak aneh, maksudnya, setiap hari selalu bawa anaknya yang paling kecil. Biasanya tidak terlalu sering gendong anaknya, tapi belakangan ini, tidak pernah lepas sama anaknya yang selama itu,” ujar Yanto, tetangga mereka, warga Jalan Kayu Putih, Gang Benteng, Mabar, Medan Deli.
Baca Juga:
Yanto menceritakan, pada Rabu (5/4) malam, Riyanto bersama tetangga mengikuti pengajian sebelum Serampi berangkat umrah. Pada acara itu, Riyanto memangku Kinara terus dan selalu memegang anaknya. Padahal, warga lainnya tidak ada yang membawa anak.
“Anaknya tidak mau lepas, makan pun pangku anaknya. Padahal, kalau ngumpul tidak pernah anak ikut. Jadi sebagai warga, kami geram kali adanya peristiwa ini (pembunuhan satu keluarga yang terdiri lima orang). Kami harapkan cepat ditangkap pelakunya dan tembak saja pelakunya itu,” katanya.
Menurutnya, Riyanto merupakan sosok warga yang pendiam. Artinya, tidak banyak bicara, serta rutin mengikuti berbagai kegiatan di kampung. Oleh sebab itu, warga sangat kehilangan adanya pembunuhan tersebut.
Selain itu, badannya lemas sepulang dari jualan mendapat kabar dari warga bahwa Riyanto meninggal dunia karena dibunuh. Bahkan, dia tidak sanggup melihat tubuh Sri Ariyani (35) istri Riyanto yang bersimbah darah di tempat tidur.
Dia menambahkan, warga bersama petugas kepolisian langsung melihat keadaan rumah, kala itu, warga langsung membawa Kinara ke rumah sakit. Agar mendapatkan perawatan intensif, karena luka pada bagian mata cukup parah.
“Sekitar pukul 08.30 WIB, Serimpi melintas di depan rumah mereka (Riyanto) untuk bilangkan agar lampu teras dimatikan. Apalagi pintu depan terbuka. Namun kaget banyak bercak darah,” ujarnya. (mtd/min/TribunMedan)
==========