medanToday.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemaan (Menkopolhukam), Wiranto menyatakan selama republik ini berdiri, kekuatan TNI hanya berpusat di pulau jawa.
Hal tersebut bisa terjadi antara lain karena markas TNI yang dihuni saat ini, sebagiannya berdiri di atas tangsi yang dibangun penjajah.
Dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di komolek parlemen, Jakarta Pusat, Rabu (13/9/2017), ia menyebut tangsi-tangsi tersebut dibangun belanda di sepanjang jalur kereta. Mulai dari Bandung, Cimahi hingga Banyuwangi.
“Kenapa, karena Belanda membangun untuk mengawasi perkebunan, pabrik gula, pabrik tembako, itu kita tempati. Akibatnya apa, tentara dan polisi bejubel di Pulau Jawa,” katanya.
Kebijakan tersebut adalah kebijakan yang tepat pada awalnya. Pasalnya di awal TNI terbentuk, yang umurnya hanya beberapa bulan lebih muda dari republik ini, saat itu negara tidak punya uang dan angkatan bersenjata harus dibentuk. Alhasil kebijakan perampasan aset-aset penjajah pun dilakukan.
Dalam kesempatan itu Wiranto juga menyinggung fasilitas TNI yang lokasinya sudah dianggap kurang representatif.
Wiranto menyebut Markas Korps Marinir yang terdapat di pusat kota, yakni di Jalan Kwitang, Jakarta Pusat, dan fasilitas Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI AD yang berada di Jalan Supratman, Bandung, Jawa Barat.
“Marinir tahu kan, kerjanya kan sebenarnya di pantai, ampibi, tapi (markasnya) di Kwitang dia,” ujarnya.
“Di Bandung, di Jalan Supratman, saya dan pak Luhut (Binsar Panjaitan) sempat sekolah di sana, kita sekolah tahun enam puluhan. Dulu lari pagi masih sepi, keluar komplek masih taman makam pahlawan, sekarang keluar pintu gerbang, kita bisa disambar angkot,” katanya.
Oleh karena itu menurutnya sudah tepat yang dilakukan pemerintah saat ini, yakni membangun Indonesia dari pinggir, termasuk untuk urusan faslitas TNI.
Menkopolhukam meminta anggota DPR mendukung kebijakan tersebut, dan anggaran untuk pembangunan pertahanan di pinggir Indonesia tidak lagi dipangkas.
(MTD/MIN)