medanToday.com, JAKARTA – Rupiah diperkirakan masih sulit mengungguli dollar AS pada awal pekan nanti. Meski mata uang Garuda akan cenderung melemah, namun disinyalir tidak tajam.

Mengutip Bloomberg, Jumat (27/10/2017), di pasar spot, kurs rupiah melemah 0,16% ke level Rp 13.609 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukan depresiasi rupiah sebesar 0,51% ke level Rp 13.630 per dollar AS.

Research & Analyst Valbury Asia Lukman Leong menyebut, pelemahan rupiah ini masih didominasi faktor eksternal. “Setelah lolosnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) AS, optimisme pasar akan reformasi pajak Donald Trump juga mendorong dollar AS naik,” paparnya, akhir pekan ini.

Selain itu, rilis data GDP AS yang melebihi ekspektasi pasar juga menjadi katalis positif bagi dollar AS. Adapun GDP AS berada di angka 3% lebih tinggi dari ekspektasi yang hanya 2,6%.

Dengan banyaknya suntikan tenaga, Lukman meramalkan, hingga akhir tahun ini, rupiah masih lanjut melemah terhadap dollar AS. “Probabilitas kenaikan suku bunga semakin tinggi. Ini memungkinkan untuk membuat indeks dollar AS semakin melaju,” imbuhnya.

Lukman bilang, meskipun saat ini sentimen dollar AS masih unggul, sejatinya sentimen domestik masih mampu menahan mata uang Garuda sehingga tidak jatuh semakin dalam. “Saat ini kondisi ekonomi Indonesia cenderung positif, sehingga membuat rupiah meski melemah tetapi tidak terlalu dalam,” katanya.

Prediksi Lukman, Senin (30/10/2017), rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahan di kisaran Rp 13.550-Rp 13.650 per dollar AS.

(mtd/min)