Antisipasi Kluster Baru, Lapas dan Rutan di Sumut Persiapkan Diagnosa Cepat

0
298
Kepala Rutan Kelas I Medan, Theo Adrianus Purba (Ist)

medanToday.com, SUMUT – Pihak Lapas dan Rutan di Sumatera Utara (Sumut) berencana melakukan diagnosa cepat penyebaran Covid-19 terhadap warga binaan. Langkah ini mengantisipasi kluster baru setelah kasus Covid-19 di lingkungan tersebut terus bertambah.

Kepala Rutan Klas I Medan, Theo Adrianus Purba mengatakan, selain menerapkan protokol kesehatan (Prokes), pihaknya masih mempertimbangkan penggunaan kit Swab antigen atau rapid antigen.

“Kita masih mempertimbangkan melakukan langkah cepat itu. Selain tergolong murah, hasilnya pun dapat diketahui dengan capat,” kata Theo, Rabu (28/10).

Menurut Theo, penggunaan Swab antigen saat ini menunggu hasil koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan instansi terkait lainnya. Metode ini diperkirkan akan dilaksanakan karena akurasinya diklaim hampir mendekati hasil tes Swab-PCR.

“Kita harapkan nantinya rencana ini bisa segera terealisasi,” ucapnya.

Sampai saat ini belum ditemukan adanya tahanan atau narapidana di rutan Tanjung Gusta terkonfirmasi positif Covid-19.

Ada satu kasus pegawai yang terpapar, namun itu terjadi usai mengawal warga binaan ke Gunung Sitoli.

“Jauh hari sebelum hasil swabnya keluar yang bersangkutan sudah di WFH-kan di rumah. Ini salah satu cara kita mencegah penularan Covid-19 di Rutan Kelas 1 Medan,” ujarnya.

Theo menjelaskan, sampai saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan instansi terkait dalam penanganan dan deteksi dini penyebaran Covid-19.

Tahanan akan dikarantina terlebih dahulu di Lapas Anak sebelum menjalani rapid test di Rutan Kelas I Medan. Kemudian dikarantina selama 14 hari sebelum bergabung dengan penghuni lain.

“Semua warga binaan dan petugas diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan dan masuk dalam bilik disinfektan setiap keluar dan masuk,” bebernya.

Theo menambahkan, yang menjadi persoalan di Rutan Klas I Medan adalah tidak semua Prokes dapat dijalankan seperti menjaga jarak, pihaknya sulit untuk menerapkannya lantaran jumlah tahanan melampaui kapasaitas.

“Per 27 Oktober warga binaan kita mencapai 3.053 orang, sedangkan kapasitas hanya 1.250 orang,” pungkasnya. (mtd/cis)