Warga melakukan pencarian terhadap rekan mereka bernama P Fiono Sitorus (23), Senin (18/12/2017) Sore di Desa Sampuara Panamean, Tobasa. Fiono Sitorus hilang sejak terjadi longsor pada Kamis 14 Desember lalu. (TRIBUN MEDAN/Arjuna Bakkara)

medanToday.com, TOBASA – Hingga saat ini P Fiono Sitorus belum dapat ditemukan. Sejumlah warga terus melakukan pencarian terhadap rekan mereka di penambangan batu rakyat di Desa Sampuara Panamean, Tobasa.

Namun Pencarian akhirnya dihentikan pada Selasa, (20/12/2017). P Fiono Sitorus (23) hilang sejak terjadi longsor pada Kamis 14 Desember 2017 lalu.

Kepala Desa Sampuara, Dingin Sitorus mengatakan, korban diperkirakan terseret longsor dan tertimbun bongkahan batu bercampur tanah. Hingga Senin sore pencarian tidak membuahkan hasil, meski upaya pencarian sudah dilakukan sejak korban dinyatakan hilang.

“Penyelam juga sudah turun, namun sampai sekarang tidak kita temukan,” ujarnya.

Katanya, Fiono merupakan Penduduk Bakal Gaja Sidikalang, Kabupaten Dairi. Di tempat tersebut dia sudah bekerja kurang lebih selama enam bulan.

 

Pekerja lainnya, J Gultom satu dari rekan korban yang dapat menyelamatkan diri menceritakan kronologis peristiwa naas itu. Kata Gultom, peristiwa itu berlangsung saat korban bersama enam orang temannya baru saja selesai makan siang kemudian beristirahat.

Gultom yang juga warga Panamean menuturkan, sejak pagi hingga longsor terjadi sekitat pukul satu siang Kamis 14 Desember 2017 mereka bersama mengumpulkan batu dengan tujuh orang lainnya serta satu orang toke mereka. Kemudian saat tiba waktunya makan siang, mereka berpindah tidak jauh dari lokasi kerjanya untuk makan dan beristirahat.

Ternyata, tak lama setelah makan siang mereka beristirahat sebelum melanjutkan aktivitasnya. Tiba-tiba tanah dan bebatuan yang menggantung di tebing berjatuhan dan menyasar ke tempat mereka beristirahat.

Masing-masing pekerja beruntung menyelamatkan diri sebelum longsor yang lebih besar terjadi. Sedangkan korban diduga tertimbun longsor karena tidak bisa berenang sebagaimana yang dilakukan temannya untuk menyelamatkan diri.

“Ketika sudah ada tanda-tanda longsor, terlihat, kami menyelamatkan diri masing-masing. Kami meloncat ke danau, berenang menjauhi daratan. Setelah longsor selesai, kami berkumpul ke dalam kapal. Ternyata satu di antara kami hilang. Dia tidak bisa berenang,” singkatnya.

Kepala Desa, Dingin Sitorus menyampaikan, sehari setelah peristiwa itu terjadi keluarga korban juga sudah datang dari Dairi berkat informasi yang mereka sampaikan. Dingin menyebutkan, sesuai kesepakatan dengan keluarga dan orangtua korban, apabila pencarian tidak membuahkan hasil, maka Selasa 19 Desember akan dilakukan upacara bersama keluarga di tempat kejadian.

“Keluarganya juga sudah datang. Kalau tidak berhasil ditemukan, sesuai kesepakatan dengan pihak keluarga akan dilakukan upacara tabur bunga sebagai tanda pengganti upacara pemakaman,” terangnya.

Saat pencarian, Sitorus yang merupakan abang kandung korban tidak dapat berbuat banyak. Raut wajahnya tampak sedih. Dia tidak mau bercerita panjang karena kelelahan serta masih dirundung duka yang dalam.

Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification (Inafis) Polres Tobasa juga tampak turun ke lokasi. Di tempat berbeda mereka memasang “Police Line” pita warna kuning di tempat yang dianggap paling berbahaya di tempat itu.(mtd/min).

========================================================