medanToday.com, JAKARTA – Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencetak rekor harga tertingginya di 6.025,43 (25/10/2017).
Bahkan indeks saham sempat mencapai 6.042,45, sebelum akhirnya terkoreksi di perdagangan Jumat (27/10/2017) ke 5.975,28.
Yang menarik, penguatan IHSG ini terjadi di saat nilai tukar rupiah cenderung melemah. Akhir pekan lalu, kurs spot rupiah sempat mencapai Rp 13.660 per dollar Amerika Serikat (AS). Jadi, asing cenderung mengurangi posisi di rupiah.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mensinyalir, indeks saham bisa menguat di saat kurs rupiah melemah lantaran posisi investor lokal di bursa saham semakin kuat. “Kontribusi investor lokal di bursa semakin besar,” tutur dia kepada media di Dubai, Minggu (29/10/2017).
Menurut catatan BEI, porsi kepemilikan domestik di pasar saham Indonesia meningkat cukup pesat. Di 2013 silam, kepemilikan domestik di pasar saham baru 37,08%. Sementara asing mendominasi sebanyak 62,94%.
Tapi per September 2017 lalu, porsi kepemilikan asing di pasar saham sudah menyusut menjadi 52,23%.
Sementara kepemilikan domestik membesar mencapai 47,77%. Bahkan, aktivitas perdagangan domestik meningkat sangat pesat. Di 2013, aktivitas perdagangan domestik mencapai 57,97% dan sisanya asing.
Sementara di sembilan bulan pertama 2017, aktivitas perdagangan domestik meningkat mencapai 63,40% dan sisanya asing. “Jadi dengan kepemilikan sekitar 47%, aktivitas perdagangan investor lokal mendominasi hingga 60% lebih,” kata Tito.
BEI memang mencatat terjadi peningkatan kontribusi lokal pada perdagangan saham. Ini terjadi seiring peningkatan investor baru. Jumlah single investor ID (SID) di akhir 2016 tercatat sebanyak 535.994. Sepanjang 2016, tercatat penambahan 101.887 investor baru. Sementara sampai September 2017 jumlah SID tercatat 600.489. Artinya, di sembilan bulan pertama 2016 ada 64.495 investor baru.
Di 2016, kontribusi investor baru pada perdagangan saham mencapai Rp 346,6 miliar. Jumlah ini setara 34% dari perdgaangan.
Di sembilan bulan pertama tahun ini, kontribusi investor baru mencapai Rp 252,2 triliun, atau 72,76% pencapaian tahun lalu. Tapi persentase kontribusinya meningkat jadi 45%.
Yang menarik, kontribusi investor baru individu juga meningkat. Di 2016 jumlahnya sebesar Rp 156,8 miliar atau sekitar 16%. Di sembilan bulan pertama tahun ini jumlahnya mencapai Rp 95 miliar, atau sudah sekitar 19%.
Jumlah investor aktif juga meningkat. Di Desember 2016, jumlahinvestor aktif mencapai 187.000. Sementara per September 2017, jumlahnya naik menjadi 206.000.
Jadi, Tito menilai investor lokal kini cukup kuat mengimbangi asing. “Buktinya sudah terlihat,” tegas dia.
(mtd/min)