medanToday.com,MEDAN – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Belajar Agama di Dunia Maya”.
Nandang Koswara, Dosen Program Doktoral, Pendakwah memaparkan belajar agama di dunia maya harus berdasarkan manfaat yang memiliki sifat edukatif yang artinya memberi pembelajaran bagi khalayak, lalu informatif yang artinya dapat memberikan informasi dan konten berupa seruan untuk berbuat baik.
“Dengan tujuan untuk berdakwah, menginternalisasi nilai dan menyebabkan perubahan (taghyir) yang lebih baik di masa depan,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada webinar ini.
Menurutnya, ketika kita mendapatkan konten-konten yang ada di ruang digital, bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui berita tersebut benar atau tidak, yaitu kita harus memiliki guru atau teman diskusi, telaah Kembali berita yang disampaikan apakah benar telah sesuai dengan pedoman Alquran dan Sunnah Rasul, lihat lagi apakah konten bermuatan positif dan dapat menyelamatkan.
“Perhatikan lagi sebelum kita terima berita tersebut agar informasi yang kita dapatkan dapat divalidasi kebenarannya,” ujarnya.
Ika Meilani Untari, Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik menjelaskan perhatikan hal-hal yang kita bagikan di dunia maya, pikir terlebih dahulu sebelum mem-posting hal tersebut di sosial media. Dalam ruang digital terdapat rekam jejak digital yang perlu kita perhatikan dan gunakan ruang digital dengan bijak.
Junaidi Arsyad, Sekretaris Prodi S3 Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sumut Medan mengatakan tulis atau posting hal-hal yang menggambarkan hal-hal yang baik dan bermanfaat, hanya diri sendiri yang bisa mengontrol apa yang ada di dunia maya.
“Pastikan apa yang diciptakan itu tidak menyimpang dan buatlah konten atau tulisan punya andil besar dalam semua hal,” katanya.
Zailani, Wakil Dekan 1 FAI UMSU menuturkan dakwah itu merangkul bukan memukul, diskusi bukan intimidasi, mengajak bukan memaksa, menyenangkan bukan menakutkan, dan merukunkan bukan memecahkan.
“Hindari penyebaran berita palsu, hindari penggunaan bahasa multitafsir, hindari komunikasi yang pasif, berpenampilan yang menarik dan memiliki tema khusus sebagai dai di dunia digital,” jelasnya.