ILUSTRASI. Ist

medanToday.com,MEDAN – Saat ini di media sosial tidak hanya untuk berbicara saja, melainkan menjadi alat untuk kebebasan berekspresi dalam rangka menyampaikan pendapat dan gagasan juga mencari informasi tanpa batas.

“Setiap orang mempunyai kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam berbagai jenis. Survei mencatat masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif bermedia sosial dengan tingkat 59 persen,” ujar Dian Ikha Pramayanti, S.Pt., M.Si, Dosen dan Penulis saat menjadi pembicara dalam webinar Literasi Digital dengan tema Bijak Bermedsos di Era Digital, Kamis (9/6/2021).

Menurutnya, ada beberapa dampak positif dari pengguna media sosial. Di antaranya memudahkan untuk berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu tanpa batas, lebih mudah mengekspresikan diri, dan penyebaran informasi lebih cepat.
Namun sosial media juga memiliki dampak negative. “Interaksi tatap muka cenderung menurun, kecanduan intrenet, menimbulkan konflik, dan masalah privasi,” ungkapnya.

Aturan kebebasan berekspresi terdapat dalam hukum islam fatwa MUI No. 24 Tahun 2017, UU NRI Tahun 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran dan UU No 9 tahun 1998. Kemudian batasan kebebasan berekspresi terdapat dalam hukum Islam Fatwa MUI no. 224 tahun 2017. UUD NRI Tahun 1945, UU no 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU no 11 tahun 2011 tentang ITE.

Multikutural, katanya, digunakan untuk menggunakan pandangan seseorang tentang berbagai kehidupan di bumi, atau kebijakan yang menekankan penerimaan keragaman budaya dan berbagai budaya nilai-nilai masyarakat, sistem, budaya, adat istiadat dll. Perlu diadakannya pendidikan multikultutral, untuk memiliki persepsi, perubahan, perpindahan, semamin terbukanya daerah pedesaan, berbagai konflik sosial budaya, menghapus mitos dari tafsiran sejarah yang tidak menguntungkan bagi persatuan bangsa. Sedangkan multikulturalisme berarti pandangan yang anyak mengakomodasi.

Toleransi merupakan sikap manusia untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, baik antarindividu maupun kelompok,  “Lalu bagaimana toleransi terhadap multikulturalisme dalam berinteraksi di media sosial? yaitu dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, agar tidak meninggung antar suku, harmonisasi antar umat beragama, pengetahuan dan pengalaman multicultural,” jelasnya.

Inna Dinovita, S.TP dari Astra Starup Community menjelaskan media sosial pada awalnya dimanfaatkan untuk ruang sosial, silaturahmi, ruang temu kangen antar trman agar tetap terjalin komunikasi walau terpisah jarak jauh.

Media sosial sebagai platform bisnis untuk interaksi yang akrab di media sosial, procedure yang lebih mudah, bisa nyambi bersosialisasi.

“Tips optimasi media sosial yaitu pilih media sosial yang tepat, gunakan konten visual, dan deskripsikan informasi melalui konten, dan lain-lain,” ungkapnya.

Irwani Wisu Dewi, S.S, S.Pd, M.S, Dosen Politeknik Ganesha menjelaskan harus berhati-hati menggunakan media sosial. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermedsos adalah etika, hindari penyebaran SARA, Pornografi dan aksi kekerasan, kroscek kebenaran berita, menghargai hasil karya orang lain, dan jangan terlalu mengumbar informasi pribadi
Jika seseorang mampu memfilter kegiatan besosial media maka seorang tersebut mampu mengaplikasikan eksistensi intelektual dirinya.

“Cerdas dan cermat berbahasa cermin pribadi bangsa dan santun berutur menjadi nilai eksistensi intelktusl pribadi,” katanya.

Pemateri keempat dalam acara ini adalah DR. Muhammad Iqbal Irham, M.Ag – Dosen UIN Sumut. Ia menjelaskan hoax merupakan informasi yang tidak benar (dusta, bohong, palsu) fakta yang diplintir (direkayasa), untuk sekadar lelucon atau serius, tapi dibuat seolah-olah benar.

“Ciri-ciri hoax di antaranya sumber berita tidak jelas, cenderung menyudutkan. Tujuan hoax yaitu menyebarkan energi negatif yang merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan ke seluruh penjuru negeri,” jelasnya.

Lantas dari mana datangnya hoax? Iqbal mengatakan Hoax datang dari dalam diri yaitu sifat buruk diri berupa kedustaan, kebohongan, ketidakjujuran yang hadir dari diri kita masing-masing. Dan juga dari luar diri.

“Bagaimana menghentikan hoax? Ke dalam diri yaitu dengan aktifkan kejujuran sejak dini, aktifkan pikiran yang jernih dan qalbu yang bening dan keluar diri yaitu dengan tabayyun, jauhi orang-orang yang bohong,” ungkapnya.

=========================