Budaya Literasi di Indonesia Masih Sangat Rendah

0
158
Ilustrasi Mahasiswa. (sumber:internet)

medanToday.com,HUMBAHAS – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Menjadi Pelajar Cerdas dan Cakap Digital”.

Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Dian Ikha Pramayanti, Dosen dan Penulis; Rizki Hesananda, Lecture dan Programmer; Hotman Hutasoit, Kepala Dinas Kominfo Humbang Hasundutan; dan Rudiyanto Sinaga, KASI SMK Cabang Dinas Pendidikan Humbang Hasundutan.

Dian Ikha Pramayanti menyampaikan budaya adalah sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang. Digital adalah sesuatu yang berhubungan dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu.

Hubungan sistem ini berkaitan dengan representasi kegunaan komputer. Jadi budaya digital adalah Suatu sistem perubahan pola pikir masyarakat dalam menghadapi sistem transformasi informasi dalam bentuk format digital yang didukung dengan kegunaan komputer dan internet.

“Banyak manfaat dari dunia digital yang bisa kita ambil yaitu media komunikasi, pembelajaran jarak jauh, jejaring sosial, meningkatkan peran layanan public, sumber informasi, bangun kreeativitas,” jelasnya.

Menurutnya budaya literasi sangat rendah sangat rendah bahkan tidak hanya minat baca dan literasi bukan hanya membaca, dan saat ini harusnya siswa\siswi sudah bisa membuat literasi, saat ini memang minat membaca buku berkurang tetapi kita bisa membaca melalui digital.

Rizki Hesananda mengatakan kita akan membandingkan dunia nyata dengan dunia digital, menurutnya dunia digital ini sudah seperti dunia nyata. Bahkan beberapa orang mungkin dunia digitalnya sudah menjadi dunia nyata, Media Sosial Menjadi dasar pertimbangan kita dalam mengambil keputusan di dunia nyata.

Perubahan besar dan mendadak karena pandemi Covid-19, Mempercepat dan memaksa kita ikut serta ke dalam dunia terutama anak SD dan SMP yang seharusnya belum menggunakan digital jadi sudah menggunakan dan ini memaksa kita untuk terus berkembang untuk mengikuti zaman teknologi.

Hotman Hutasoit menjelaskan kita harus menyesuaikan sikap kita pada era digital ini karena banyak kasus-kasus cyber crime atau bullying. Komunikasi public, Proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya.

“Cyber crime-cyber bullying, cyber crime adalah Kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet,” jelasnya.

Rudiyanto Sinaga menuturkan Creativity and Communication dalam Teknologi. Analytical, berupaya memahami sesuatu sebelum mengambil keputusan. Open minded (berpikir terbuka). Problem solving, keterampilan menyelesaikan masalah dengan baik. Organisasi, menciptakan ide-ide yang berguna untuk kemajuan orang banyak. Communication, mampu berkomunikasi dalam menyampaikan ide-idenya. Collaboration, bekerjasama beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab saling bersinergi menghormati perbedaan.

Seera Safira selaku Key Opinion Leader menyampaikan media sosial itu kan media yang sangat besar dan banyak negatifnya contohnya bullying, kita ini wajib beretika jadi saat berkomentar kita perlu memikirkannya Kembali jadi saat memposting jangan sampai sudah tidak ada manfaatnya lalu menyakiti orang lain juga.

“Kita juga harus meng-cross check Kembali karena tidak susah ko untuk mengetahui apakah berita ini benar atau salah,” ungkapnya.(*)