dr Moh Ramadhani Soeroso (Ist).

medanToday.com, MEDAN – dr Moh Ramadhani Soeroso merasa terpanggil menangani pasien Covid-19 setelah mengetahui angka pasien positif dan meninggal dunia akibat Corona cukup tinggi. Dia kemudian bergabung dengan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (TGTPP) Covid-19 Sumut.

Setelah bergabung, dirinya ditugaskan sebagai dokter yang menangani pasien Covid berstatus berat. Menurutnya, posisi itu senantiasa membuatnya berpacu dengan waktu saat menangani pasien. Namun hal tersebut tak membuat semangatnya luntur.

“Itu tantangnya, saya harus bergerak cepat agar pasien bisa melewati masa kritisnya,” katanya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Dia menyadari tugas yang dilakoninya sekarang tidak menutup kemungkinan membuatnya ikut terpapar. Namun, berkat keyakinan dan kewaspadaannya dengan selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bertugas, dia merasa nyaman melayani pasien. Kebiasaan itu bukan hanya diterapkannya di rumah sakit melainkan sampai pulang ke rumah.

“Sebagai dokter harus siap dan berani menghadapi tantangan di masa pandemi seperti sekarang ini. Gak boleh takut tapi harus waspada, wajib pake APD lengkap sesuai levelnya, baik di praktek dan ketika visit pasien,” ujar ayah dua anak ini.

Sepengalamannya selama bertugas, dukungan buat pasien merupakan obat yang paling mujarab. Faktor kedekatan membuat dia semakin yakin dan sanggup memberikan yang terbaik untuk pasiennya.

“Saya selalu kasih motivasi kepada pasien. Point penting yang saya sampaikan ke mereka tidak boleh stres. Sebab bisa membuat imunitas tubuh semakin menurun,” ucapnya.

Hal lain yang membuat dia semakin kuat menjadi dokter paru menangani pasien Covid adalah dukungan sang istri.

“Pesannya, harus selalu pakai APD dan tetap jaga kesehatan,” katanya.

Setelah keluarga, lanjut Ramadhani, teman seprofesi di tempat kerja menjadi teman berbagi dan bercerita. Bahkan, Dr Franciscus Ginting yang bekerja di RS Martha Friska Multatuli juga menjadi sahabat karibnya. Dari Dr Franciscus dia mengaku banyak belajar cara mendekatkan diri dan menimbulkan niat sembuh dalam diri pasien. Baginya, pengabdian seorang dokter sudah tercantum di dalam sumpah dokter.

“Saya sudah ucapkan sumpah saat dilantik menjadi dokter umum, sehingga melayani dan mengobati pasien merupakan kewajiban saya. Kalau pasien sembuh saya senang secara lahir dan batin, karena atas izin Allah SWT saya dapat menyembuhkannya,” sebutnya.

Ramadhani menambahkan, kegembiraan sejati muncul saat usahanya merawat pasien berbuah kebaikan, pasien sembuh dan dinyatakan sehat dari Covid-19. Dia menyarankan agar masyarakat sesegera mungkin melakukan pemeriksaan jika merasa gejala virus Corona ada dalam diri.

“Saya berharap kepada masyarakat agar lebih perduli dan sadar bahwa Covid-19 ini nyata bukan rekayasa. Jalani protokol kesehatan, jangan anggap sepele, Covid bisa sembuh apabila segera diobati,” imbau pria 46 tahun itu

Selama bertugas di Medan, sudah 50 orang lebih yang ditanganinya sembuh dari paparan Corona. Katanya, pencapaian yang diraih saat ini semata-mata merupakan titipan Allah padanya. “Aku hanya dokter biasa. Semuanya itu dari Allah SWT,” tutupnya. (mtd/min)