medanToday.com, GUNUNGSITOLI – Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli membantah tudingan beberapa warga yang menyebutkan mereka telah mengcovidkan pasien.
Menanggapi hal itu, Kepala Instalasi Patologi Klinik Terpadu (Laboratorium) RSUD Gunungsitoli dr.Yuliani Zalukhu mengatakan, pihaknya memastikan bahwa hasil tes Covid-19 yang dikeluarkan melalui alat tes cepat molekuler (TCM) atau Polimerase Chain Reaction (PCR) akurat.
“Banyak tudingan RSUD Gunungsitoli mengcovidkan pasien, itu tidak benar. Kami jelaskan, tidak ada niat kami untuk membuat hasil yang negatif menjadi positif, sebab kami bekerja di bawah sumpah. Tes usap yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium,” katanya di Gunungsitoli seperti dilansir dari Antara, Minggu (8/11).
Yuliani menjelaskan, jika mereka terbukti melakukan hal itu (mengcovidkan) pasien maka bisa kena sanki, bahkan izin mereka bisa dicabut sehingga tidak bisa lagi praktik.
“Kami sangat menyayangkan tudingan itu. Kami jelaskan bahwa untuk menerbitkan hasil tes usap, kami bekerja di laboratorium bersama tim analis selama tujuh hari dalam sepekan, dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 22.00 WIB, bahkan kadang sampai pukul 02.00 dini hari,” ucapnya.
Yuliani juga mengungkap, jika bisa diberi pilihan tugas, ia akan memilih untuk tidak memeriksa pasien Covid-19. Alasannya, pekerjaan itu sangat membuat badan capek dan rentan terpapar virus tersebut.
“Kami setiap hari hampir tidak bisa bersama keluarga, karena sering pulang dini hari dan tidak pernah libur,” ujar dokter spesialis patologi klinik itu.
Dia menambahkan, terkait masalah Covid-19 ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan, yakni melakukan tes cepat deteksi antibodi atau tes cepat antigen. Saat ini yang banyak digunakan adalah tes cepat antibodi dan hanya pemeriksaan skrining (menyaring) untuk memastikan ada yang reaktif karena Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena hasilnya belum menegakkan diagnosis, maka seorang pasien belum bisa diisolasi.
Setelah tes cepat, lanjutnya, dilakukan pemeriksaan molekuler atau berbasis genetik (asam nokler) berbasis gen dengan menggunakan alat TCM atau PCR.
“Kami memiliki dua alat pemeriksa Covid yakni alat PCR dan TCM,” jelasnya.
Ia menyampaikan kedua alat itu telah dirancang untuk tidak bisa diatur ulang dan semua pemeriksaan diatur oleh alat sehingga hasilnya tidak bisa diubah.
“Kita tidak sembarangan melakukan pekerjaan dan semua dilakukan sesuai aturan, karena pekerjaan kami selalu dipantau oleh senior dan profesor. Hasil yang ada selama ini tidak ada kami tukar-tukar atau kami mengcovidkan pasien,” tegasnya. (mtd/min)