Namanya mendadak populer di mesin pencarian google satu hari sebelum hari pahlawan 10 November 2016. Donald Trump namanya. Laki-laki lewat paruh baya 70 tahun, energik, rambut gondrong, menggemaskan mirip badut, tidak merokok dan minum alkohol. Hidup sehat sejagat raya.
Mendadak tenarnya Donald Trump di media sosial menyebabkan Shock news (cie..bahasa enggres) sebagian kalangan masyarakat Indonesia yang selama ini lebih suka membaca berita lokal demonstrasi 411 atas kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaya Purnama atau kerap di panggil Ahok.
Sementara sebagian masyarakat lainnya berfikir, ini pasti jawaban Jokowi atas teka-teki gelar kepahlawanan yang banyak orang perdebatkan, dengan kesimpulan Donald Trump akan dianugerahi pahlawan oleh pemerintah tahun ini.
Prediksi ternyata salah saudara-saudara seiman, berbeda tuhan, berbeda keyakinan dan berbeda jenis kelamin. Tidak sama sekali, Tidak. Bukan Donald Trump yang terpilih menjadi pahlawan tahun ini. Jokowi ternyata memberikan gelar kepahlawanan kepada tokoh Nahdlatul Ulama dari Jawa Timur bernama K.H.R. As’ad Syamsul Arifin (Alm).
Lalu siapa sebenarnya Donald Trump laki-laki imut, menggemaskan, suka tertawa terbahak-baka menggelitik perut itu? Belakangan diketahui dia adalah Presiden terpilih di pilpres Amerika Serikat 9 November 2016 lalu.
Donald Trump menang dengan mengalahkan calon presiden perempuan bernama Hillary Clinton sekaligus menjadikannya presiden ke-45 Amerika Serikat. Tapi sudahlah, tak etis bicara politik yang membosankan itu. Apalagi Donald Trump cuman bisa menang lawan perempuan. Perempuan yang terlatih patah hati pula.
Sebenarnya sungguh tak etis berbicara perempuan yang terus-menerus tersakiti ini. Perempuan yang dulunya pula tersakiti karena pernah diselingkuhi suaminya (Bill Clinton). Sakitnya itu di sini (nunjuk dada).
Baiklah mari kita mulai bercerita agar lebih mengenalnya. Donald, sebaik-baiknya sesopan-sopannya saya memanggil namanya agar terlihat lucu dan menggairahkan nafsu (makan) agar mirip Donald Duck (Donal Bebek) atau Mc Donalds (sejenis kedai ayam oreng cepat saji).
Ya, Donald adalah bayangan dari apa yang tidak kita harapkan selama ini. Wajahnya lucu, mirip badut jika hanya diam dan hanya sebatas bergoyang mengikuti irama musik yang mengiringinya. Selalu membuat kita tertawa layaknya saat kita melihat Sule atau Tukul Arwana di televisi. Tapi, saat berbicara lebih menyeramkan dari Boneka Caki yang sering membuat anak-anak sampai menangis menjerit ketakutan.
Bagaimana tidak, selama ini Donald selalu bicara kejam, rasis tanpa batas penuh intoleransi. Pertama, Donald selalu bicara tentang kebenciannya pada umat muslim di Amerika Serikat dengan ucapan akan menutup Masjid di Amerika jika dia terpilih jadi presiden. Kedua, Donald benci terhadap orang berkulit warna di Amerika, tak peduli hitam, kuning atau cokelat, selama dia tidak putih maka oran kulit tak pernah ada kebebasan.
Ketiga, Jika terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, dia pernah berjanji akan membanung tembok besar untuk mencegah imigran dari Meksiko. Tentu yang paling penting yang paling metakutkan, keempat, potensi terjadinya perang dunia ke-3. Bagaimana tidak kebencian-kebenciannya selama ini berpotensi menyulut kemarahan negara-negara lain di dunia jika terus-terusan di tekan tanpa pandang bulu.
Ingat cacing saja diganggu menggepar melawan, semut di pijak menggigit apalagi manusia. Tentu lebih menakutkan lagi, perang dunia coy. Bukan dota, point blak dan jenis permainan perang-perangan internet lainnya.
Kok tiba-tiba takut begini ya. Tapi sudahlah, mungkin karena momen menulis artikel ini kurang tepat. Malam jum’at pula. Saat arwah-arwah gentayangan, kuntilanak, suntil bolong, begu gajang dan puluhan jenis hantu Indonesia lainnya sedang piknik di malam jumat. Bulu kuduk sampai berdiri tegak tanpa arah dan tujuan hidup.
Tapi memang semuanya bahkan tidak ada apa-apanya daripada melihat beranda media sosial yang sibuk meriveuw alasan ketakutan-ketakutan mereka pada Donald yang menyeramkan mirip iblis itu.
Lebih menyeramkan dari hantu kata sebagian orang di sosial media, tak jarang yang bilang ini lebih mirip iblis pula. Sebab, hantu itukan hanya menakut-nakuti kita di dunia, sementara iblis yang membuat kelak kita masuk neraka akibat setiap hari kita mengumpat, memaki-maki, sumpah serapah tanpa arah pada Donald yang semuanya berpotensi dosa. Aw…aw…Masih takut dosa Coyy.
Donald tetaplah Donald. Donald Trump biasa orang memanggilnya, bagaimanapun cara kita ketakutan tidak bisa membuang ingatan akan kata-kata kasar yang dia lontarkan selama ini. Sebaiknya kita jangan takut, sebaiknya kita menertawainya saja. Sebab cara terbaik dan satu-satunya menghormati badut adalah dengan cara menertawainya.
Bayangkan saja Donald Trum berdiri dihadapan kita semua. Dia tak bicara namun berjoged mengikuti alunan suara alat musik trumpet yang dia mainkan sendiri. Sampai kita menyadari dia bukan Donald Trump tapi Donald Trumpet, Badut Bebek yang suka memainkan Trumpet. Selalu membuat kita tersenyum, tertawa terbahak layaknya kita melihat pertunjukan badut-badut lainnya. Hingga Donald benar-benar menjadi pahlawan bagi-cacing-cacing di perut kita yang selama ini ternistakan.