ILUSTRASI. (sumber:internet)

medanToday.com,TAPANULI TENGAH – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Menjadi Masyarakat Digital yang Berbudaya”.

Pada webinar yang menyasar target segmen guru, mahasiswa, siswa, dan masyarakat umum, dihadiri oleh sekitar 189 peserta daring.

Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Astri Dwi Andriani, Dekan Fakultas Komunikasi dan Penggiat Media Digital; M. Adhi Prasnowo , Mendeley Advisor Akademisi; Fadlan Satia Siregar, Kepala Dinas Kominfo Kab. Tapanuli Tengah; dan Nurul Oktaviana Melawati, Kepala MAN Sibolga.

Pada Sesi pertama, Astri Dwi Andriani menyampaikan kita sekarang ada di revolusi 4.0 dimana perangkat kita sudah menggunakan Internet atau yang disebut IOT (Internet Of Thing). Contoh nya seperti di revolusi 3.0 kita hanya bisa bertransaksi hanya bisa di bank dan di revolusi 4.0 ini semua sudah bisa bertransaksi di perangkat sendiri.

Giliran pembicara kedua, M. Adhi Prasnowo mengatakan jangan sampai apa yang kemudian lakukan jangan meninggalkan yang negatif tapi positif karena rekam jejak digital ini sampai kapanpun pasti selalu ada.
“Bagi generasi muda pastikan nama kita ter-record dengan hal-hal yang positif dan hal-hal yang baik,” ujarnya.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Fadlan Satia Siregar menjelaskan kecakapan digital ini dibutuhkan dalam rangka memudahkan proses pembelajaran. Kecakapan ini perlu dimiliki oleh guru, dosen, mahasiswa, peserta didik, bahkan oleh kalangan yang berkepentingan untuk melaksanakan pembelajaran.
“Guru, dosen, pengajar diklat harus mahir dan menguasai aplikasi pengatur pembelajaran,” jelasnya.

Pembicara keempat, Nurul Oktaviana Melawati menuturkan budaya bermedia digital ini merupakan aktivitas bermedia digital di lingkungan sekolah yang sesuai budaya bangsa yang mana semua seluruh lingkungan sekolah dan budaya bangsa kita serta kondisi pandemic ada hal-hal yang memaksa kondisi ini yang klasikan bersifat dipaksa untuk bersentuhan dengan digital.

Shinta Kesumadewi selaku Key Opinion Leader menyampaikan di dunia digital apapun yang sudah kita posting kita harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita posting karena jejak digital ini memang paling sulit dihapus.

“Jadi untuk menangkal berita hoax ini kita harus tetap meyakini apa berita itu benar atau salah dan kita harus bisa mencari informasi dari sumber lain,” katanya.

=================