Konsisten dan Personal Branding Jadi Kunci Agar Mudah Dikenali dan Viral

0
112
Ilustrasi: (sumber:int)

medanToday.com,TAPANULI UTARA – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Yuk Tambah Produktif di Era Digital”.

Pada webinar yang menyasar target segmen guru, dosen, mahasiswa, siswa, dan masyarakat umum, dihadiri oleh sekitar 368 peserta daring.

Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Dian Ikha Pramayanti, Dosen STAI Al Muhajirin Purwakarta dan Penulis; Asrul Sani, Operational Manager PT. Mega Laras Lestari; Riadi Akhir Lubis, Dosen dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut; dan Yoserizal Saragih, Wakil Dekan III FIS UIN Sumut Medan.

Pada Sesi pertama, Dian Ikha Pramayanti menyampaikan saat ingin membuat konten, kita harus fokus dengan apa yang kita buat, lalu konsisten dan membuat personal branding agar kita mudah dikenali dan viral.

Konten viral adalah konten yang penyebarannya cepat, menarik, kreatif, menghibur, bernilai dan bermanfaat seperti memberi motivasi dan sebagai inspirasi, lalu membuat orang lain tergugah saat menontonnya atau menggugah pikiran. “Banyak yang berpikir konten negatif lebih sering viral,” jelasnya.

Giliran pembicara kedua, Asrul Sani, S.T., M.Kom., M.T mengatakan tips dalam bekerja yaitu merencanakan secara efektif pekerjaan, prioritaskan pekerjaan paling sulit di awal hari, jangan multitasking sehingga menimbulkan ketidak fokusan dan tidak maksimal, kecuali kita bisa fokus saat multitasking, kemudian kita harus menuntaskan segala hal karena urgensi.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Dr. Ir. Riadi Akhir Lubis, M.Si menjelaskan bicara tentang budaya, jika melihat dari definisi, budaya adalah budi pekerti atau berkaitan dengan akal manusia. Bagaimana manusia bisa menciptakan teknologi berbasis digital yang dimulai dari non digital menjadi digital.

Kemudian bagaimana kita bisa mengerjakan dan menurunkan ke generasi yang akan datang karena bisa saja budaya itu hilang karena waktu. Kemudian bagaimana kita mempertahankannya. Misalnya penggunaan internet, smartphone, dan teknologi lainnya. Kemudian dalam penghematan waktu dalam hal transportasi dan dokumen, hal ini bisa menjadi investasi dan prospek sebuah bisnis.

Pembicara keempat, Dr. M. Yoserizal Saragih menuturkan moderasi adalah sebuah bentuk jalan tengah dalam bertindak dan berpikir, moderasi ini salah satu hal yang sangat kita butuhkan. Moderasi juga bisa kita pahami sebagai sesuatu yang berada di tengah, di mana sebuah sikap dimana kita mampu meletakan sesuatu pada tempatnya. Kemudian keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang.

Perbedaan dapat terlihat dari suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi budaya. Keberagamaan tersebut merupakan kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia.

“Adanya keberagaman di Indonesia menjadi modal persatuan dan kesatuan bangsa dan tentunya keberagamaan kita tuangkan dalam dunia digital,” ujarnya.

Ghina Amalia selaku Key Opinion Leader menyampaikan kita harus memiliki personal branding dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai kita dijadikan budak oleh media sosial, sebaliknya kita harus menjadi media sosial sebagai budak.

Namun hal itu tidak instan, saat mendapatkan personal branding ini kita butuh kefokusan dan memiliki etika yang bagus, jangan sampai menyinggung SARA.