Pasar merupakan salah satu sumber perputaran ekonomi masyarakat. (ilustrasi pasar murah: sumber internet)

medanToday.com, MEDAN – Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) masih menunjukkan perkembangan positif pada triwulan ketiga pandemi Covid-19. Bahkan, menurut pengamat ekonomi pembangunan Wahyu Ario menyebut sejak Juli-September kegiatan eskport di Sumut masih bertambah.

“Saya lihat eksport kita masih bertambah, dan kemungkinan besar ekonomi di Sumut masih positif. Terlebih lagi pertanian kita masih menjadi penopangnya,” katanya kepada wartawan saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (13/10).

“Kalau dampak pasti ada seperti bisnis di bidang kontruksi dan lainnya. Namun penurunannya hanya 0,5 persen,”tambahnya.

Wahyu menjelaskan, pada triwulan pertama (Maret), ekonomi Sumut masih tumbuh 4,25 persen. Hal itu dikarenakan Covid-19 baru muncul di akhir Februari sehingga belum berdampak signifikan terhadap masyarakat. Sedangkan masuk di triwulan kedua mulai terjadi penurunan 2,37 persen.

“Nah, itu dampak dari semua kegiatan produksi menurun, kecuali pertanian. Sektor ini masih bisa tumbuh secukupnya karena menyediakan kebutuhan hidup,” ucapnya.

Menurutnya, salah satu faktor penurunan produksi di masa pandemi dikarenakan kondisi konsumsi mulai melemah. Misal pemberhentian aktivitas bisnis di beberapa sektor dan pemutusan tenaga kerja sehingga berdampak pada daya beli masyarakat.

Namun begitu, beberapa harga komuditas seperti sawit masih tetap bertahan. Itu disebabkan Malaysia masih menerapkan lock down di negaranya. Alhasil, Indonesia khususnya Sumut penuh permintaan untuk supplay kebutuhan global.

“Negara paling banyak memproduksi sawit di dunia adalah Indonesia dan Malaysia. Ketika Malaysia lock down tentu permintaan jadi tertumpu ke negara kita. Sumut salah satu wilayah yang memproduksi sawit tentu mendapatkan dampak positif dari situasi itu. Terlebih Cina dan India sangat perlu sawit untuk kebutuhan pangan,” jelasnya. (mtd/min)