medanToday.com,MEDAN – Aristoteles pernah mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang berpolitik (zoon politicon). Aristoteles juga dianggap sebagai orang yang memperkenalkan kata politik melalui berbagai pengamatannya tentang kehidupan manusia yang serba berubah dari masa ke masa.
Peta politik itu selalu dinamis, dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Apalagi diwaktu waktu mendekati injury time, perubahannya bisa sangat cepat dan berulang ulang layaknya membalikkan telapak tangan.
Seperti halnya dalam perpolitikan menjelang Pilgub Sumut 2018. Pencalonan Tengku Erry Nuradi sebagai calon Gubernur Sumatera Utara kini tengah terancam pasca pembatalan dukungan Golkar pada Erry Nuradi yang memrupakan Ketua DPW Nasdem Sumut. Lantas, bagaimana Nasdem menanggapi kemungkinan jagoannya kekurangan dukungan?
“Kita lihat perkembangan dulu,” kata Martin Manurung, Ketua DPP Nasdem yang juga Korwil Sumut,Jumat (29/12/2017).
Martin mengaku belum mengetahui secara resmi prihal pembatalan dukungan Golkar pada Erry yang semula dipasangkan dengan Ketua DPD Golkar Sumut Ngogesa Sitepu.
“Saya tidak mau tanggapi statement-statement dulu. Koalisi Golkar-NasDem di Sumut itu kan tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari bangunan koalisi di berbagai provinsi dan daerah,” ungkapnya.
Bila ditinggal Golkar, praktis Erry kekurangan persyaratan dukungan karena baru hanya punya 11 kursi (Nasdem, PKB, dan PKPI). Persyaratan minimal untuk mendaftar sebagai pasangam calon gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Sumut adalah minimal mendapat dukungan 20 kursi.
Sementara itu, Sekretaris DPD Golkar Sumut Irham Buana Nasution juga mengaku belum mengetahui adanya pembatalan dukungan Golkar di Pilgub Sumut.
“Itu menjadi kewenangan penuh DPP,” kata Irham. (mtd/min)
====================