ILUSTRASI. MTD/tribunmedan

medanToday.com, MEDAN – Saat ini stok elpiji bersubsidi yang ada untuk Sumatera Utara, hanya tersisa sekitar 80 ribu metric ton (mt).

Kondisi tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut hingga akhir tahun 2017.

“Padahal kebutuhan rata-rata per bulan di Sumut mencapai 30 ribu mt. Jadi memang kita musti menahan stok agar cukup sampai Desember 2017. Kalau kita tetap jor-joran menyalurkannya, bisa-bisa nanti waktu Natal dan Tahun Baru stok sudah habis,” kata Officer Communication & Relations PT Pertamina Marketing Operation Region I-Sumbagut, Ar​​ya Yusa Dwicandra, Senin (23/10/2017).

Minimnya stok elpiji 3 kg, kata Arya, saat ini merupakan dampak dari pemangkasan kuota dari pemerintah.

“Pemangkasan itu sebagai dampak kenaikan harga minyak dan gas di pasar dunia, di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika. Sementara pemerintah tidak melakukan penyesuaian asumsi nilai tukar rupiah pada Perubahan APBN 2017,” sambungnya.

Lebih lanjut Arya mengatakan, Tahun ini sebenarnya ditetapkan pemerintah untuk subsidi LPG 3 kg cukup besar, yakni Rp 40 triliun atau kalau dikonversikan ke gas mencapai 7 juta metric ton.

Akan tetapi karena kenaikan harga minyak bumi dan melemahnya kurs rupiah akhirnya kuota terpangkas hingga 800 ribu metric ton menjadi hanya 6,2 juta metric ton.

“Sampai Juni 2017 (Semester I) kita sudah menyalurkan 3,4 juta metric ton. Sebenarnya kalau kuotanya masih tetap 7 juta, harusnya sampai akhir tahun cukup. Karena 3,4 juta dikalikan 2 (semester 2) kan baru 6,8 juta metric ton. Artinya masih ada sisa 200 ribu lebih untuk stok. Tapi karena ada pemangkasan, jadi ada kekurangan,” ungkapnya.

“Kalau sampai saat ini sudah sekitar 5 juta metric ton yang kita salurkan secara nasional. Masih ada sisa 1 juta metric ton lagi yang harus kita kelola dengan baik agar sampai akhir tahun cukup. Termasuk untuk natal dan tahun baru,”tandasnya.

(mtd/non)