Harga Minyak Bisa Mencapai US$ 55 per Barel

0
159
Site of an oil field is seen at sunset in Karamay, Xinjiang Uighur Autonomous Region, China, May 7, 2017. Picture taken May 7, 2017. REUTERS/Stringer ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. EDITORIAL USE ONLY. CHINA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN CHINA.

medanToday.com, JAKARTA – Kuatnya faktor pasokan dan permintaan bakal terus mengerek harga minyak mentah hingga akhir tahun. Bahkan, harga minyak west texas intermediate (WTI) berpeluang menembus US$ 55 per barel hingga akhir tahun.

Selasa (17/10/2017), pukul 17:00 harga minyak WTI di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 52,09 per barel. Angka ini naik 0,42% dari penutupan di hari sebelumnya. Dalam sepekan harga minyak melonjak 2,30%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyatakan, sentimen ini didukung oleh kebijakan OPEC yang bakal terus menekan produksi minyak dunia demi menyeimbangkan harga. Arab Saudi mulai aktif memangkas produksi untuk menahan laju koreksi harga.

Negara penghasil minyak terbesar ini bakal menambah pembatasan ekspor sekitar 560.000 barel per hari. Langkah ini dilakukan oleh kilang Saudi Arabian Oil Co atau Aramco yang bakal memotong produksinya mulai November.

Arab Saudi merupakan anggota OPEC dengan kemampuan produksi 7,5 juta barel per hari. Dengan tambahan rencanan pangkas Aramco, total reduksi negara ini menjadi 800.000 barel per hari. “Negara-negara OPEC menginginkan Amerika Serikat (AS) sebagai negara produsen juga untuk mengurangi ekspornya, karena ekspor AS hampir 10 juta barel per hari,” kata Ibrahim saat dihubungi KONTAN.co.id, hari ini.

Sebagai informasi, Desember depan akan diadakan rapat OPEC yang bakal membahas kelanjutan pemangkasan produksi ini. Kesepakatan OPEC saat ini berlaku hingga Maret 2018. Sedangkan kemampuan produksi minyak minyak AS naik 9,55 juta barel per hari di September lalu.

Ibrahim melanjutkan, pengendalian harga minyak menjadi isu yang panas dibicarakan karena pasar melihat prospek jangka panjang akan buruk bagi komoditas minyak. Menurut dia, pasar melihat dalam 15-20 tahun, popularitas mobil listrik dan mobil tenaga surya akan mengurangi permintaan minyak.

Dalam lima tahun ke depan, harga masih dapat naik. Tapi, “Dalam 15-20 tahun ke depan harga akan landai karena teknoligi sudah canggih dan mereka akan lebih ramah lingkungan,” kata Ibrahim.

(mtd/min)