Peringatan Hari Ulang Tahun (Milad) Muhammadiyah setiap tanggal 18 November merupakan sebuah perayaan nasional di Indonesia. Pada tahun 2023 ini, Muhammadiyah memasuki usianya yang ke 111. Eksistensi dan kebermanfaatan Muhammadiyah telah hadir di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Selama lebih dari satu abad, hal tersebut diwujudkan melalui kepedulian terhadap umat dan bangsa, sesuai dengan nilai-nilai Muhammadiyah yang mengedepankan sisi kemanusian.
Jejak Organisasi Islam Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri tahun 1912, tepatnya pada 8 Dzulhijjah 1330 H oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Muhammadiyah lahir dari pemahaman mendalam K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur’an dan keprihatinannya terhadap situasi sosio-historis umat Islam pada saat itu. Awalnya, Organisasi Muhammadiyah diimplementasikan sebagai sarana untuk mendorong gerakan praktis guna membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia dari ketertinggalan dan penindasan.
K.H. Ahmad Dahlan menawarkan model baru gerakan Islam yang “kemadjoen” atau modern, dengan merumuskan langkah “perlawanan” Muhammadiyah melalui aktifitas membuka akses pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial bagi masyarakat umum.
Muhammadiyah, dalam istilah bahasa, mengacu pada “Pengikut Nabi Muhammad SAW.” Faktor objektif hadirnya Muhammadiyah terkait dengan kondisi umat Islam saat itu yang mengalami penyimpangan dalam pemahaman ajaran Islam, dan terbatasnya fasilitas serta rendahnya kualitas lembaga pendidikan Islam. Selain itu, berkaitan juga dengan tekad K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan kajian mendalam terkait ayat-ayat Al-Qur’an, terutama surat Ali Imran ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3:104).
Saat ini, Muhammadiyah telah mengalami perkembangan yang sangat luas menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, bahkan telah mendirikan beberapa perwakilan Cabang Istimewa di luar negeri, seperti di Malaysia, Mesir, Inggris, Australia, Jerman, dan tempat lainnya.
Muhammadiyah kini juga memiliki beragam jenis Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), seperti lembaga pendidikan (mulai dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi), panti asuhan, dan rumah sakit. Semua entitas Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) ini menjadi bagian dari upaya Muhammadiyah dalam melakukan dakwah, yang tidak hanya melibatkan tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushola. Semua lembaga yang didirikan oleh Muhammadiyah merupakan bagian menyeluruh dari aktivitas dakwah, yang mana selalu didorong oleh semangat amar ma’ruf nahi munkar serta semangat pembaharuan (tajdid).
Pada Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) Muhammadiyah Bali, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan “Urusan Muamalah ini alhamdulillah Muhammadiyah bikin sekolah, bikin lembaga kesehatan, sosial, ekonomi, termasuk amal usaha lain yang semuanya masuk ke dalam muamalah duniawiyah dan muamalah ini dasarnya pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian hal-hal yang mendasar dari kepribadian Muhammadiyah itu akan menjadi pembingkai, kerangka berpikir, bahkan menjadi ciri khas dari tindakan kita baik dalam berorganisasi, berkeummatan, dan berkebangsaan,” papar Haedar Nashir, Selasa (24/8/2023).
Muhammadiyah meyakini bahwa untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, perlu dilakukan dakwah fi sabilillah. Dakwah adalah tanggung jawab bagi individu Muslim yang dapat diwujudkan melalui berbagai aspek kehidupan. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan dakwah Muhammadiyah bervariasi, termasuk pendekatan lisan, tertulis, dan tindakan nyata (Dakwah Bil Hal). Dakwah Muhammadiyah bertujuan untuk memberikan pencerahan dan pandangan hidup yang modern dan progresif, didasarkan pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan hukum pemerintahan yang berlaku.
Muhammadiyah percaya bahwa peran organisasi untuk mendukung kegiatan dakwah adalah suatu kewajiban. Muhammadiyah berpendapat bahwa hidup dalam masyarakat merupakan suatu sunnatullah dan memiliki peran penting dalam memberikan nilai-nilai baik bagi kehidupan manusia. Dalam menjalankan organisasinya, Muhammadiyah memiliki struktur yang terdiri dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat cabang hingga pusat, yang mencakup Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Pusat.
Prof. Hasyimsyah Nasution, Tokoh Lokal Muhammadiyah di Sumatera Utara
Profesor Hasyimsyah Nasution MA adalah salah satu tokoh intektual Muhammadiyah di Sumatera Utara. Hasyimsyah bukan hanya seorang akademisi Islam yang cemerlang dengan pemikiran moderatnya yang relevan bagi ragam generasi dan budaya, beliau juga seorang pemimpin yang matang menjalankan organisasi Muhammadiyah, dipercaya kembali untuk menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara periode 2022 – 2027.
Hasyimsyah Nasution lahir di Anggoli, Tapanuli Tengah, dan dibesarkan dalam keluarga yang memiliki hubungan erat dengan Muhammadiyah. Beliau menempuh Pendidikan Dasar di SD Negeri Anggoli dan Madrasah Ibtadaiyah Muhammadiyah (1968), meneruskan pendidikan jenjang berikutnya di PGA Muhammadiyah Sibolga (1970) dan SMP Muhammadiyah Padang Panjang (1971), lalu melanjutkan pendidikan di Kuliyyatul Muballighin Muhammadiyah (Aliyah) Padang Pandang (1974). Sejak kecil, Hasyimsyah rutin mengikuti aktifitas dan pengajian di ranting-ranting Muhammadiyah yang secara langsung membentuk fondasi pemikirannya.
Pada Februari 2005, Prof. Hasyimsyah Nasution, MA dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU). Hasyimsyah, sebelumnya mendapatkan gelar Sarjana Dakwah dari Fakultas Ushuluddin IAIN Medan (1981), mendapatkan gelar Magister (1993) dan gelar Doktor (1997) Pengkajian Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks, pemikiran moderat Hasyimsyah menawarkan alternatif menarik bagi lintas generasi, terutama untuk merangkul generasi muda dengan pendekatan rasional yang relevan dengan zaman. Artikulasi dari pemikiran tersebut adalah memahami Islam moderat sebagai jembatan antara pemikiran fundamentalis dan liberal. Pemikiran ini mencerminkan visi Muhammadiyah yang mengedepankan toleransi, inklusivitas, dan harmoni sosial.
Sebagai intelektual dan akademisi, Hasyimsyah aktif menyampaikan pandangannya melalui jurnal dan buku. Dalam tulisan-tulisannya, Hasyimsyah menggarisbawahi pentingnya selaras dengan budaya dan kearifan lokal dalam mempromosikan nilai-nilai Islam moderat. Hasyimsyah tidak hanya mendalami pemikiran moderat yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan, tetapi juga membagikan wawasannya melalui kajian serta tulisan.
Di internet, melalui Google Scholar, wawasan dan gagasan beliau dapat diselami pada banyak jurnal dan artikel, diantaranya: Konsep Syariat Islam Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Secara Terintergrasi, Peran Organisasi Islam Dalam Membangun Keutuhan Masyarakat, Unsur Kearifan Lokal Dalam Legenda “Malin Kundang”, Pola Komunikasi Tokoh Agama dan Tokoh Adat dalam Meningkatkan Keharmonisan Hubungan Antarumat Beragama di Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir, Hegemonitas Adat Terhadap Perkembangan Islam Pada Masyarakat Batak Karo Sumatera Utara, Religious Communication of Sunni-Shi’I in Resolving Internal Religion Conflict in North Sumatra, Transcendental Epistemology Study of Philosophy of Wisdom Muta’aliyah Mulla Sadra, Organizational Communication Model on The Implementation of The Sakinah ’Aisyiyah Family’ Sumatera Utara.
Hasyimsyah Nasution juga berkontribusi dalam jurnal internasional “The Contribution of Abdur Rozak Fachruddin in Muhammadiyah Education” (2020). Kajian penelitian tersebut mengidentifikasi kontribusi yang telah diberikan oleh Abdur Rozak Fachruddin pada bidang Pendidikan Islam, terutama dalam konteks Sekolah Pendidikan Muhammadiyah di Indonesia. Kontribusi tersebut mencakup berbagai upaya, seperti mencabut larangan penggunaan jilbab bagi siswa-siswi Muslim di sekolah umum, menjadi guru di institusi Muhammadiyah, menyelenggarakan kursus untuk pengembangan Hizbul Wathon, serta kontribusi dukungan A.R. Fachruddin dalam pendirian Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta.
Profesor Hasyimsyah Nasution MA adalah bukti nyata bahwa pemikiran moderat dapat menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, antara kearifan lokal dan agama, serta antara generasi yang berbeda. Semua kontribusi Hasyimsyah adalah cerminan dari ideologi Muhammadiyah yang menekankan pendidikan, toleransi, dan peran aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif.
Pada tahun 2005, Hasyimsyah Nasution, Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara ini menulis buku berjudul “Filsafat Islam” yang diterbitkan oleh penerbit Gaya Media Pratama. Buku tersebut saat ini banyak dijadikan acuan pada karya ilmiah dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan studi Islam.
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dari masa ke masa, Muhammadiyah bersama umat dan kadernya telah berkontribusi nyata kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.
======================================