Ilustrasi. Ist

Teknologi mau tidak mau harus diikuti, tetapi tetap harus bijak dalam menggunakannya.

“Agar teknologi tidak menjadi musibah bagi kita maka bentengilah diri kita sendiri, seperti gantilah password secara berkala dan pakailah password yang tidak mudah,” ujar Mega Novelia selaku Key Opinion Leader dalam angkaian Webinar Literasi Digital di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara bertajuk “Kemajuan Teknologi: Musibah atau Anugerah?” beberapa waktu lalu.

Astri Dwi Andriani, Dekan Fakultas Komunikasi UNPI Cianjur dan Penggiat Media Digital menyampaikan digital safety adalah keterampilan yang harus dimiliki di era digital, tanpa adanya pemahaman soal keamanan daring, siapa saja dapat dirugikan. Misalnya menjadi korban penipuan ketika transaksi daring.

Untuk mengubah mindset orang-orang yang mindsetnya masih tertutup menurutnya pertama bukalah hatinya terlebih dahulu, seperti dengan pujian atau apresiasi. Yang kedua yaitu ungkapkan apa yang ingin disampaikan.

“Kemudian sesuaikan kepada siapa kita berbicara, jangan menyampaikan dengan bahasa yang teknis, melainkan dengan bahasa yang komunikatif,” ungkapnya.

Budi Dharma, Direktur Politeknik Tanjungbalai mengatakan tantangan kepemimpinan ideal di era digital yaitu e-leadership meliputi digital mindset, observer dan listener, agile, inclusive, brave to be different, unbeatable.

Nasrun Salim, Dosen UIN dan Akademisi Pengurus Ma’had Ali Nahdatul Ulama Sumatera Utara Medan menjelaskan ada empat cara untuk menjadi pemimpin yang baik bagi milenial. Pertama memberi ide gagasan, ide yang dipaparkan tetapi koreksi untuk mendapatkan hasil yang baik, berikan feedback, terakhir berilah perintah yang singkat untuk melaksanakan hal tersebut.

Akademisi dan Direktur Regional ICSB Jawa Timur, Meithana Indrasari menuturkan dengan munculnya media sosial masyarakat mulai memahami bahwa orang akan mengulas, memberi peringkat dan mengomentari setiap bagian dari informasi yang di-share.

=======================