Pembangunan apartemen di Jakarta, Rabu (24/7). Penjualan industri properti pada semester pertama tahun ini tercatat masih lesu. Kondisi tersebut terkait beberapa faktor,salah satunya kondisi politik yang tengah terjadi. Pelaku bisnis dan investor properti pun berharap politik dalam negeri bisa lebih stabil pada semester II nanti. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/07/2017
Pembangunan apartemen di Jakarta, Rabu (24/7). Penjualan industri properti pada semester pertama tahun ini tercatat masih lesu. Kondisi tersebut terkait beberapa faktor,salah satunya kondisi politik yang tengah terjadi. Pelaku bisnis dan investor properti pun berharap politik dalam negeri bisa lebih stabil pada semester II nanti. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/07/2017

medanToday.com, JAKARTA – Bisnis properti perlahan mulai bangkit. Pada kuartal III-2017, sejumlah emiten properti mencetak pertumbuhan kinerja keuangan signifikan dibandingkan setahun lalu.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), misalnya, meraih pertumbuhan laba bersih 99% menjadi Rp 2,3 triliun. Adapun pendapatannya naik 36% menjadi Rp 5,28 triliun.

Penjualan tanah dan bangunan menyumbang 83% terhadap total pendapatan BSDE. Sementara pendapatan sewa berkontribusi 10,38% terhadap total penjualan. Sedangkan sisanya berasal dari pendapatan hotel, pengelolaan gedung dan lain-lain.

Laba bersih PT Modernland Realty Tbk (MDLN) juga melonjak tujuh kali lipat dari semula Rp 29,23 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp 261,46 miliar pada kuartal III-2017. Namun, pendapatan MDLN tak naik terlalu tinggi, yakni 25% menjadi Rp 1,80 triliun.

Penjualan tanah dan properti menjadi penyumbang utama pendapatan MDLN. Efisiensi di biaya operasional pun mengerek laba MDLN.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga membukukan kenaikan laba 8% (yoy) menjadi Rp 1,42 triliun. Meski pertumbuhannya sedikit melambat, emiten ini berhasil meraih pendapatan berulang (recurring income) cukup besar berkat pusat belanja, seperti Kota Kasablanka dan Gandaria City.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mencatat, kinerja emiten properti mencerminkan sektor ini mulai membaik. Saat ini, suku bunga relatif rendah, sehingga katalis di properti cukup besar. “Beberapa tahun lalu, sektor properti bangkit di 2013. Mungkin tahun depan juga akan pick up lagi,” kata dia.

Hans mengakui pergerakan saham properti masih melambat. Tapi akumulasi beli di saham properti bisa dilakukan saat ini. Investasi long term dalam 3–5 tahun bisa masuk.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, sentimen sektor properti kurang lebih sama seperti beberapa waktu terakhir. Hanya saja, daya serap terhadap produk properti sudah cukup baik. “Daya beli terhadap properti baik, cuma masyarakat lebih selektif,” kata dia. Saat ini masyarakat tengah mencari properti dengan lokasi yang strategis dan harga cukup terjangkau.

Meski demikian, saham properti belum juga terkerek. Reza bilang hal ini karena penguatan kinerja belum berimbas langsung ke saham sektor properti. Perlu sentimen lebih besar untuk mengerek saham properti, seperti kinerja positif yang berkelanjutan.

(mtd/min)