ILUSTRASI. (sumber:internet)

medanToday.com,MEDAN – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”.

Pada webinar yang menyasar target segmen mahasiswa dan pelajar, dihadiri oleh sekitar 306 peserta daring. Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Dr. Gushevinalti, Dosen Ilmu Komunikasi dan Penggiat Literasi Digital, Dr. Nendar Herdianto, Perekayasa Teknologi BRIN, dan Johanes Lubis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNMED.

Pada Sesi pertama tampil Dr. Gushevinalti memaparkan menyikapi era industri 4.0 ke era industri 5.0 harus dibekali dengan kemampuan digital skill seperti kemampuan berbahasa inggris, kemampuan untuk menggunakan software pengolah gambar seperti photoshop dan pengolah video search engine optimization.

Giliran pembicara kedua, Dr. Nendar Herdianto menjelaskan internet sehat adalah penggunaan internet dengan mematuhi ketentuan dan hukum yang berlaku, serta tetap mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dan pahami dan gunakanlah fitur-fitur keamanan pada aplikasi dan media sosial yang kita gunakan, termasuk melakukan pembaruan secara rutin, untuk keselamatan kita dalam berinternet.

“Perlindungan data pribadi itu merupakan hal yang sangat penting di saat kita menggunakan media digital. Para pengguna media digital harus senantiasa memaksimalkan perlindungan terhadap platform ataupun aplikasi yang kita gunakan. Lalu, jangan sembarangan mengunggah data pribadi, dan hapus aplikasi yang tidak digunakan,” jelasnya.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Johanes Lubis, mengatakan digitalisasi membuat semua jadi mudah tanpa batas sudah menjadi budaya. Kita harus bisa menjadi manusia digital yang benar dengan menggunakan internet yang sesuai dengan kecakapan yang berlandaskan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Perkembangan budaya digital sangat ditentukan oleh penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang yang dapat bertahan bukan yang paling kuat atau pintar, tapi yang mampu beradaptasi dengan teknologi saat ini,” ujarnya.(*)