medanToday.com, JAKARTA – Pada pekan pertama di tahun ini, rupiah berhasil mengungguli dollar Amerika Serikat (AS). Di pekan pertama 2018, kurs spot rupiah berhasil melesat 1,02%.
Adapun pada penutupan pekan ini, Jumat (5/1) kurs spot rupiah naik tipis 0,04% menjadi Rp 13.416 per dollar AS. Sementara kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) naik 0,51% ke posisi Rp 13.405 per dollar AS. Dus, kurs rupiah versi BI melejit 1,05% dalam sepekan.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, nilai tukar rupiah mendapat suntikan sentimen positif dari bebagai faktor dalam negeri. Antara lain, angin sgear berhembus dari hasil lelang perdana surat utang negara (SUN) yang dilaksanakan Rabu (3/1) lalu.
Sebagaimana diberitakan KONTAN, penawaran yang masuk dalam lelang SUN saat itu mencetak rekor, yakni Rp 86,21 triliun. Dari penawaran yang masuk itu, pemerintah akhirnya menyerap dana dari investor sebesar Rp 25,5 triliun.
Besarnya minta invesyor pada instrumen ini jelas menguatkan rupiah.”Banyak berita positif di Indonesia, seperti oversubscribed SUN, yang artinya pelaku pasar masuk ke aset rupiah,” kata David, kemarin.
Kabar baik lainnya datang dari BI yang mengumumkan cadangan devisa di akhir Desember 2017 lalu mencapai US$ 130 miliar. Ini merupakan rekor baru bagi cadangan devisa Indonesia. Hal ini juga ikut menguatkan otot-otot rupiah.
Cadangan devisa per Desember 2017 itu naik signifikan dibanding dengan posisi akhir November 2017 yang hanya US$ 125,97 miliar. Angka di akhir tahun lalu juga bertambah US$ 13,6 miliar ketimbang periode Desember 2016 yang ada di posisi US$ 116,4 miliar.
Angka credit default swap (CDS) Indonesia yang kembali turun menambah katalis positif dan menguatkan posisi rupiah di hadapan the greenback. Asal tahu saja, CDS Indonesia untuk surat utang lima tahun di Jumat (5/1) berada di level 81,17 atau level terendah sepanjang masa.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri pun semakin deras. “Penguatan di pasar modal dan pasar obligasi mengindikasikan bahwa investor global masih memburu aset-aset negara berkembang dan mempertimbangkan yield return yang masih menarik,” jelas dia Jumat (5/1).
Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina bilang, kenaikan harga minyak dunia turut menopang rupiah. Melihat sentimen-sentimen tersebut, para analis optimistis tren rupiah di kuartal satu masih positif.
Tapi, menurut hitungan Yulia, rupiah berpotensi mengalami koreksi sehat. Pekan depan, Yulia memprediksi rupiah bergerak antara Rp 13.340–Rp 13.475 per dollar. Sementara Josua memprediksi rupiah menguat dan akan bergerak di Rp 13.370–Rp 13.450 per dollar AS.
(mtd/min)