MEDAN Dapat Penghargaan WTN, SYUKRINALDI : ANGKOT Masih Jelek, Kriterianya Bagaimana ?

0
2906
ILUSTRASI | Sebuah mobil angkutan Kota (Angkot) keluar dari jalur dan menabrak median jalan di kawasan jalan Maulana Lubis Medan. (MTD/Ist)

medanToday.com,MEDAN – Belum lama ini, Kota Medan kembali menerima penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) untuk kategori Lalu Lintas bagi Kota Metropolitan dari Kementerian Perhubungan. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin.

“Ini merupakan penghargaan yang keempat kalinya berturut-turut diraih Kota Medan sejak tahun 2013,” kata Wali Kota Medan Dzulmi Eldin seperti dilaporkan AntaraSumut

Dzulmi Eldin juga mengatakan, bahwa penghargaan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada kota-kota yang dinilai mampu menata transportasi publik dengan baik untuk kategori kota metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil.

Syukrinaldi, selaku Ketua Lembaga Studi dan Advokasi Transportasi Medan, Mempertanyakan proses penilaian yang dilakukan Kementerian Perhubungan.

“Kriterianya bagaimana, saya heran soalnya sistem transportasi di sini (Medan) tidak begitu bagus,” kata Syukrinaldi seperti dikutip dari halaman Tribun-medan.com

Syukrinaldi juga menyebutkan, mayoritas armada transportasi dalam kota Medan sudah berusia tua dan memiliki fisik buruk, sehingga kerap mengancam keselamatan penumpang.

“Angkot (Angkutan Kota) masih banyak yang jelek. Mobil yang telah beroperasi puluhan tahun dan kondisi membahayakan masih berjalan, tak ada yang diremajakan. Menang di kategori kota metorpolitan lagi, membingungkan,” sambungnya.

Selain kualitas armada, ia juga menyebutkan bahwa sarana dan prasarana transportasi sangat buruk. Di antaranya yakni berbagai ruas jalan yang masih berlubang, dan banyaknya lampu lalu lintas yang tidak berfungsi.

“Saya tidak mau munafik, transportasi kita punya banyak permasalahan. Ruas jalan kita masih banyak yang berlubang, bahkan kalau banjir genangan air bisa sangat tinggi dan membahayakan pengguna jalan. Setelah itu beberapa lampu lalu lintas mati,” jelas Syukrinaldi.

Tenaga kerja transportasi juga jauh dari kata profesional.”Berhenti ditikungan, berhenti sesuka hati. Ini kenyataan di lapangan, belum layak lah,” ungkapnya lagi. (mtd/min/Ant/tribunmedan)

===========