medanToday.com,Tapanuli Tengah – Sebagai umat beragama kita tidak bisa menghindari dunia maya. Salah satu tantangan toleransi masyarakat di dunia digital adalah Kurangnya kontrol.
Kepala Kantor Agama Kabupaten Tapanuli, Rasidin Barasa menjelaskan pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik dalam berbangsa dan bernegara khususnya yang menguasai hajat hidup orang banyak sering kewalahan dalam mengawasi atau mengontrol perkembangan teknologi digital.
“Lalu sarannya yaitu kita harus bisa menyaring informasi atau berita yang berada di media digital,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara bertajuk “Membangun Toleransi Masyarakat di Dunia Digital” beberapa waktu lalu.
Analis Kebijakan Setjen DPD RI, Edrida Pulungan, menjelaskan jejak digital ini tentunya menjadi salah satu bagian penting di dunia maya. Karena jejak digital bisa menjadi sumber terjadinya hal-hal buruk, seperti perundungan, pornografi, cyber bullying, hoaks, hingga penipuan digital.
“Warisan terbaik dalam literasi adalah berkarya dan berprestasi dalam literasi,” katanya.
Dosen dan Praktisi, Doni Yusri mengatakan menjadi good netizen yaitu selalu klarifikasi atau tabayyun lalu bersikap kritis terhadap konten berita, harus tahu siapa yang menyebarkan, apa motivasinya, tidak mudah terpapar berita bohong, objektif dalam penilaian kebencian dan kecintaan tidak berlebihan Bersikap tidak adil.
Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Al-Washliyah Sibolga Tapanuli Tengah, Putra Kaslin Hutabarat, menuturkan Kecakapan digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan konten maupun informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.
Ada empat kategori kecakapan yaitu cara berpikir, cara untuk bekerja, alat untuk bekerja dan cara untuk hidup. Pentingnya keberadaan sosial media merupakan salah satu indikator masyarakat yang sadar teknologi.
Orang yang hidup dalam information society tidak hanya bertemu dan menggunakan teknologi-teknologi informasi dan komunikasi, melainkan cara tindakan mereka semakin dibingkai oleh teknologi melalui media sosial.
“Kita harus melakukan pemahaman kepada masyarakat tentang aplikasi dan bagaimana cara menggunakannya. Lalu perlu adanya pendidikan dan pengawasan kepada anak di sekolah tentang aplikasi dan bagaimana cara yang baik untuk menggunakannya,” ungkapnya.
Ratih Anggraini selaku Key Opinion Leader menyampaikan toleransi adalah nilai penting yang harus diterapkan ke masyarakat. Kita harus berpikir dahulu sebelum memposting sesuatu. Lalu apapun yang kita posting harus disertai dengan caption atau penjelasan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
“Jadilah masyarakat yang kreatif yang bisa menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan harus saling menghargai,” ungkapnya.
======================