medanToday.com, MEDAN – Pendiri Yayasan Medan Plus (YMP), Eban Totonta Kaban mengatakan pendampingan terhadap anak-anak penyintas HIV/AIDS, di masa pandemi Covid-19 mengalami sedikit kendala. Sebab, pola yang bisa dilakukan saat ini tidak boleh tatap muka.
“Dampak pandemi ini kita harus mendampingi anak-anak penyintas HIV/AIDS melalui sistem online. Tentu ini kurang efektif lantaran pendampingan secara virtual membuat kita terbatas dan hasilnya tidak maksimal,” kata Eban pada acara peringatan hari AIDS dunia yang jatuh pada 1 Desember, di Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Medan Selayang, Selasa (2/12).
Eba menjelaskan, membicarakan penyakit HIV bukan hanya membahas soal kesehatan. Melainkan juga psikologis dan kondisi sosial anak. Oleh karena itu, pendampingan virtual kurang efektif kerena sebelumnya aktivitas yang dilakukan secara langsung seperti berkunjung ke rumah.
“Pandemi ini sangat mempengaruhi pola pendampingan yang biasa kita dilakukan, khususnya yang langsung datang ke rumah jadi terbatasi. Selian itu, anggota Medan Plus yang biasanya bertemu banyak orang juga berpotensi terpapar Covid-19,” ungkapnya.
Maka dari itu, Eba berharap peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk membantu mengurangi angka penyakit menular seperti HIV di Indonesia.
“Kami berharap pemerintah dapat memberikan payung hukum dan kebijakan dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Kami juga berharap klinik bagi anak-anak penyintas penyakit AIDS segera dibangun. Sebab, kebanyakan rumah sakit biasa untuk suntik aja takut, apalagi pasang infus,” tutupnya. (mtd/min)