medanToday.com, JAKARTA – Hujan meteor Quadrantids akan menghiasi langit Indonesia besok (3/1). Penduduk di Indonesia akan bisa menikmati keindahan hujan meteor ini pada 3 Januari 2018 dini hari.
Quadrantids sendiri merupakan hujan meteor utara yang biasa terlihat pada Januari. Hujan meteor ini bisa dinikmati dengan mata telanjang dari langit Indonesia.
“Terlihat di seluruh wilayah Indonesia mulai pukukl 02.00 dini hari sampai subuh waktu setempat,” jelas Ketua Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada Selasa (2/1).
“Syaratnya, cuaca cerah, tidak terganggu polusi cahaya (dari lampu di sekitar), dan tidak ada penghalang (gedung/pohon) ke arah langit Utara,” lanjut Djamal.
Sebelumnya, pihal BMKG mengabarkan bahwa pagi ini (2/1) fenomena supermoon bisa dilihat di Indonesia. Sayang, puncak supermoon tidak terlihat di waktu langit gelap. Sebab fase puncak di Indonesia terjadi saat bulan telah tenggelam.
Supermoon lain akan terjadi akhir Januari mendatang. Beruntung puncak supermoon tersebut bisa dilihat saat langit gelap.
Bagi pengamat langit, waktu yang paling baik untuk mengamati hujan meteor adalah antara pukul 02.00 – 05.00 waktu setempat. Hujan meteor yang bisa diamati dengan mata telanjang ini akan terlihat di arah timur laut.
“Untuk melihat meteor lebih mudah dengan mata telanjang karena medan pandang lebih luas. Akan tampak seperti bintang yang bergerak cepat, lalu hilang,” lanjut Djamal.
Quadrantids tidak sepopuler hujan meteor lain seperti Geminids atau Orionids karena meteornya kalah terang. Quadrantids mudah dilewatkan oleh pengamat langit meski mereka bisa muncul dalam bentuk bola api dengan ekor yang sangat besar dan jelas di langit.
Menurut Hubble Space Telescope milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), diperkirakan 10-40 meteor Quadrantids 2018 akan terlihat di langit tiap satu jam. Jumlahnya akan semakin menurun begitu mendekati subuh, seperti ditulis Space.
“Dalam kondisi cerah kemungkinan dapat terlihat puluhan meteor per jam, walau cahaya Bulan mungkin juga mengganggu,” tambah Djamal.
Hujan meteor sendiri sesungguhnya adalah debu-debu sisa komet yang berpapasan dengan Bumi. Ketika debu-debu itu memasuki atmosfer Bumi pada ketinggian 70-100 km, debu-debu tersebut terbakar lalu habis.
(mtd/min)