PBB Desak Israel Batalkan Rencana Memaksa Keluar Migran Afrika

0
181
Ribuan imigran asal Afrika melakukan unjuk rasa ke berbagai kedutaan besar di Tel Aviv, Israel untuk memprotes perlakuan pemerintah Israel terhadap para imigran.(JACK GUEZ / AFP)

medanToday.com, JENEWA – Rencana Israel yang ingin memaksa para migran Afrika keluar dari wilayahnya menuai kecaman banyak pihak. PBB mendesak kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membatalkan rencana itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengumumkan menawarkan pada para migran Afrika yang bersedia meninggalkan Israel akan menerima uang 2.900 Euro (sekitar Rp 46 juta) dan tiket pesawat.

Netanyahu juga mengancam para migran yang masih bertahan berada di Israel pada tiga bulan ke depan dengan hukuman penjara. Program ini ditargetkan pada 38.000 migran Afrika.

Atas rencana tersebut, PBB mendesak Israel membatalkannya karena dianggap tidak jelas dan berbahaya. Terlebih setelah dikabarkan program tersebut sudah mulai dijalankan.

“UNHCR sekali lagi meminta kepada Israel untuk menghentikan kebijakan merelokasi para warga Eritrea dan Sudan ke Afrika itu,” tulis pernyataan Badan Urusan Pengungsi di bawah PBB itu.

Melalui juru bicaranya, Willian Spindler, kepada wartawan di Jenewa, PBB menilai program yang dijalankan Israel terlalu berbahaya dan tidak jelas.

Israel, tambahnya, tidak menjelaskan ke mana para migran akan dikirim, sementara mereka mengakui terlalu berbahaya memulangkan mereka di kampung halaman di Sudan maupun Eritrea.

Israel mengaku telah mencapai kesepakatan dengan Rwanda dan Uganda untuk menampung para migran, namun kedua negara tersebut telah membantah.

UNHCR juga mengaku telah bertemu dan berbicara dengan 80 migran Afrika yang menerima tawaran itu dan terbang ke Rwanda, sebelum kemudian berlanjut ke utara menuju Roma melalui wilayah konflik di Sudan dan Libya.

“Sepanjang perjalanan mereka mendapat perlakuan kekerasan, siksaan dan pemerasan, sebelum sekali lagi mempertaruhkan nyawa melintasi Laut Tengah menuju Italia,” tulis pernyataan UNHCR yang mengklaim telah mewawancara para migran.

Spindler meminta Israel mencari cara lain untuk mengatasi masalah migran di negaranya, dengan menekankan PBB siap untuk membantu pemindahan formal melalui jalur resmi.

(mtd/min)