medanToday.com,KARO – Gubernur Sumatra Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi melepas ekspor 50,2 ton kol (kubis) milik PT Juma Berlian Exim (JBE) ke Malaysia.
Acara pelepasan dihadiri Bupati Karo, Terkelin Brahmana; Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, M Azhar Harahap; Kadis Pertanian Karo, Sarjana Purba, di gudang PT JBE, Desa Lambar, Kecamatan Tiga Panah, Karo, Kamis (28/2/2019).
Menurut Edy, kalau hanya kubis yang diekspor dari Karo, itu sangat kecil. Karena banyak potensi yang dapat digali dari Karo, ada wortel, tomat, kentang, jeruk dan lain-lain.
“Kenapa yang lain tidak bisa ekspor? Apa yang menjadi kendala. Saya tidak mau bicara kuantitas tapi kualitas, sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Itulah makanya saya datang kemari, bukan untuk sekadar melepas ekspor saja, tapi ingin mengetahui apa permasalahan yang dihadapi petani dan pengusaha,” kata Edy.
Edy mengajak Bupati Karo dan Dinas Pertanian untuk bisa meningkatkan mutu produk-produk pertanian yang jumlahnya sangat banyak.
“Terima kasih kepada eksportir yang telah membawa produk pertanian kita ke luar negeri. Saya akan mengundang Bupati Karo untuk presentasi tentang pertanian kepada saya. Apa yang dibutuhkan. Saya ingin, pertanian kita maju,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Terkelin Brahmana menjelaskan, pemerintah berperan aktif dalam menghasilkan produksi sayuran sesuai Good Agriculture Practice (GAP), yakni berbudidaya yang baik.
Dikatakannya, petani sering mengalami kerugian saat panen berlangsung karena harga yang anjlok. “Kita mengapresiasi apa yang dilakukan Juma Berlian Exim yang telah berhasil melakukan ekspor ke Malaysia. Ini menandakan bahwa produksi sayuran Karo dapat diterima di pasar luar negeri, internasional,” jelasnya.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan, Ali Jamil, mengatakan, dari 147 jenis produk pertanian unggulan ekspor asal Sumut, kubis asal Berastagi merupakan komoditas hortikultura terbesar penyumbang jumlah ekspor.
“Hingga saat ini ada lima negara tujuan ekspor kubis asal Berastagi yakni Taiwan, Malaysia, Jepang, Singapura, Korea Selatan,” kata Jamil.
Dikatakannya, selain kubis, pelepasan ekspor melalui Pelabuhan Belawan ini juga bersamaan dengan 19 produk lainnya dengan total nilainya berkisar Rp 272,166 miliar.
Produksi yang diekspor yang telah disertifikasi pihaknya, yakni kopi biji sebesar 788.845 ton senilai Rp 70,215 miliar, sayuran kubis 50,2 ton senilai Rp 125 juta.
Kemudian, kayu manis 125,5 ton senilai Rp 4,076 miliar, pinang biji 1.485 ton senilai Rp 22,275 miliar, karet lempengan 1577.88 ton senilai Rp 29,976 miliar.
Selanjutnya, karet lembaran 469.08 ton sebesar Rp 1,312 miliar, nipah 151,533 ton senilai Rp 1,057 miliar, lidi 26,8 ton senilai Rp 99 juta, getah pinus 207,832 ton senilai Rp 1,981 miliar, gambir 27 ton senilai Rp 945 juta, minyak sawit 13620.59 ton senilai Rp 122,572 miliar.
Selain itu, kelapa parut 45.75 ton senilai Rp 2,057 miliar, kayu oak putih 255,8326 m3 senilai Rp 1,245 miliar, kayu karet 1684,10m3 senilai Rp 9,428 miliar, ekaliptus sawn timber sebesar 19,7627 m3 senilai Rp 124 juta, teh 24.8 ton senilai Rp 62 juta, kayu olahan 465,13 m3 senilai Rp 1,991 miliar, silver prills atau palmitic acid 194,1 ton senilai Rp 1,853 miliar dan beef produk 9,103 ton senilai Rp 773 juta.
“Ekspor kubis yang keluar dari pelabuhan Belawan selama 5 tahun pertama terus mengalami peningkatan, kecuali ditahun ke-3 yang mengalami penurunan disebabkan kondisi alam pasca erupsi Sinabung,” kata Jamil.
Di tahun pertama, 2012, ekspor kubis sebesar 11.747 ton dengan nilai Rp 35,243 miliar, tahun 2013 sebesar 13.133 ton dengan nilai Rp 39,401 miliar, 2014 sebesar 8.933 ton dengan nilai Rp 26,800 miliar, tahun 2015 sebesar 17.043 ton dengan nilai Rp 51,131 miliar, tahun 2016 sebesar 32.680 ton dengan nilai Rp 98,040 miliar.
Namun, di tahun 2017 dan 2018, volume ekspor komoditas ini mengalami penurunan yakni ditahun 2017 hanya sebesar 18.459 ton dengan nilai Rp 55,379 miliar dan di tahun 2018 sebesar 15.228 ton dengan nilai Rp 45,906 miliar.
“Penurunan selama 2 tahun terakhir ini disebabkan semakin ketatnya persyaratan keamanan pangan dari negara tujuan ekspor, terutama Jepang, Korea Selatan dan Singapura yang memiliki standar syarat keamanan pangan yang cukup tinggi,” jelas Jamil.
Untuk mengatasi hal ini, di awal tahun 2019 Kementan melalui Barantan melakukan pendampingan kepada para eksportir guna memenuhi persyaratan ekspor. Termasuk kepada petani kubis di Brastagi, Kabupaten Karo ini, melalui Karantina Belawan dilakukan mitigasi Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) melalui inline inspection.
Pendampingan mulai dari pertanaman kemudian penanganan pasca panen sampai ke pengangkutan agar sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor.
“Penerapan inline inspection insya Allah dapat menjadi solusi untuk kembali meningkatkan volume ekspor kubis asal Sumatera Utara,” ungkap Jamil.(mtd/min)
==================