medanToday.com,TAPTENG – CEO PT.Neuronesia Neurosain Indonesia, Bambang Iman Santoso menjelaskan di zaman sekarang, literasi digital menjadi kemampuan umum yang wajib dimiliki setiap warga Indonesia, tentunya literasi baca menjadi prasyaratnya.
Etika di media digital yang harus diperhatikan adalah netiket masyarakat digital, waspadai konten negative, interaksi bermakna digital, bijak berinteraksi dan bertransaksi, digital as tools.
“Perubahan perilaku yang dialami di media digital adalah gaya hidup sehat, lebih dekat dengan teknologi, simpati dan empati lebih baik, lebih religius takut mati, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih menyukai keasrian alam, dan lebih rasional, informatif, dan berwawasan. Kita memang harus bersikap bijak dan beretika dengan baik di dunia digital,” terangnya saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital di Tapanuli Tengah, 15 Juni 2021.
Technology Director Microsoft Indonesia, Panji Wasmana yang tampil sebagai pembicara kedua menyampaikan internet sehat adalah metode memaksimalkan pengalaman online yang diinginkan dan meminimalkan pengalaman yang terkait dengan konten, kontak, perilaku, dan niaga yang illegal, tidak pantas, atau tidak sah.
Menurutnya, internet sehat memberikan proteksi kepada setiap individu adalah hal paling utama. Empat hal yang utama yang beresiko di dunia online yaitu konten, kontak target, perilaku actor, dan niaga.
“Jaga perangkat anda dan lindungi apa yang penting bagi anda, jadikan internet lebih aman dengan mempraktikkan kesopanan digital, dan bantu diri anda dan anak-anak anda tetap aman saat online. Perangkat anda juga harus tetap memperbarui semua semua perangkat lunak, lindungi dengan kata sandi, pikirkan sebelum anda mengklik, berhati-hatilah dengan flash atau drive USB,” tegasnya.
Menurutnya, dasar-dasar keamanan online untuk rekan-rekan pelajar dengan menjaga kerahasiaan informasi pribadi, potensi konsekuensi jangka panjang, situs web mungkin membagikan atau menjual informasi anda, percayai naluri anda dan laporkan perilaku buruk, dan yang terakhir gunakan situs e-learning yang dikelola resmi oleh sekolah, negara, atau perusahaan penyelenggara pendidikan yang sah dan terdaftar.
“Jangan lupa untuk mengajari dan melindungi anak-anak tentang konsep privasi, perundungan digital, dan konsekuensi dalam bermedia sosial,” tambagnya.
Dosen Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Sonny Juanda Nasution memaparkan era revolusi industri 4.0 saat ini disrupsi, dan bahkan di masa pandemi COVID-19 ini, transformasi secara digital tidak hanya harus dilakukan oleh pelaku bisnis dan perusahaan semata. Namun pemerintah, dunia pendidikan, organisasi, serta masyarakat menjadi suatu keharusan seiring dengan semakin mudahnya akses informasi yang diberikan melalui teknologi digital yang telah mendunia.
Pandemi COVID-19 yang dialami oleh Indonesia dan dunia saat ini mempercepat transformasi digital. Pentingnya digital skill, melihat kondisi masyarakat Indonesia yang berinteraksi secara digital. Di berbagai institusi pendidikan baik formal dan non formal, pengenalan dan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah diperkenalkan. Bahkan masyarakat Indonesia juga merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia.
Dosen Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Hadi Saputra Panggabean membeberkan transformasi digital sebagai proses memanfaatkan teknologi digital yang ada seperti teknologi virtualisasi, komputasi bergerak, komputasi awan, integrasi semua sistem yang ada di organisasi dan lain sebagainya.
Transformasi digital sebagai dampak yang diperoleh atas digunakannya kombinasi inovasi digital yang dihasilkan sehingga menimbulkan perubahan terhadap struktur, nilai, proses, posisi ataupun ekosistem di dalam organisasi maupun lingkungan luar organisasi. Yang mendorong transformasi digital adalah internet, infrastruktur, smartphone, dan COVID-19.
“Keunggulan digital menjadi kekuatan baru, pertama dunia digital sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia dan bisnis memanfaatkan keunggulan digital. kedua, transformasi digital adalah pintu masuk terjadinya perubahan. Ketiga, manusia sebagai agen perubahan dalam budaya digital,” katanya.
Keunggulan digital, tambahnya, telah menjadi kekuatan baru yang memungkinkan terjadinya kolaborasi, fleksibilitas, dan profit sharing. Konsekuensinya adalah dengan melakukan perubahan yang bahkan secara radikal terkait proses bisnis, model bisnis, dan bahkan melakukan investasi teknologi baru.
Menurut Hadi, tiga aspek pentingnya membangun budaya digital yang pertama adalah Participation (bagaimana masyarakat berpartisipasi penuh dan mampu memberikan kontribusi untuk tujuan bersama). Kedua, Remediation (bagaimana merubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat) dan yang ketiga adalah Bricolage (bagaimana memanfaatkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk hal baru yang lebih efektif dan efisien.(*)
============================