Ilustrasi. Ist

medanToday.com,MEDAN – Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. Dari Hasil survei literasi digital yang dilakukan bersama siberkreasi dan katadata pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4.

“ Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan lewat diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI bertajuk “Tarik Cuan Dari Usaha Online”. Selasa, 8 Juni 2021 lalu

Pada webinar yang menyasar target segmen Mahasiswa ini, sukses dihadiri oleh 709 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Inna Dinovita, S.TP. Sigap UMKM Indonesia; Prayudi Widyanto, ST (Digital Safety), Astra Start-Up Indonesia; Dr. Ansari. MA., Dosen UINSU; dan Abdillah Fahmiza Nasution, Founder Rumah Peradaban. Chika Audhika bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.

Pada Sesi pertama, Narasumber pertama Inna Dinovita, S.TP. memberikan materi bertema “Sukses Melapak, Cuan Banyak”. Berbicara mengenai online dan offline marketing, memang berbeda. Kekurangan dalam bisnis online adalah infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih terbatas atau belum merata hingga ke pelosok Indonesia dan harganya masih relatif lebih mahal. Delivery channel pun masih sering mengalami kendala. Lalu kultur dan kepercayaan, orang Indonesia belum terbiasa berbelanja dengan menggunakan katalog, masih harus secara fisik melihat/memegang barang yang dijual.

Giliran pembicara kedua, Prayudi Widyanto, ST Pemilik Astra Start-Up Indonesia. Yang memaparkan materi tentang “Bukan Cuma Bisa Jualan Banyak Cara Lain Mencari Cuan”. Marketplace adalah suatu platform di mana memiliki tugas sebagai perantara antara penjual dan pembeli untuk melakukan proses transaksi produk secara online. Marketplace atau pasar daring juga menyediakan berbagai fasilitas seperti metode pembayaran, estimasi pengiriman, pemilihan produk sesuai kategori, dan fitur yang lainnya. Dalam berjualan di marketplace harus putuskan terlebih dahulu apa yang ingin dijual, apa penghalang yang bisa terjadi, pelajari karakteristik marketplace, siapa yang harus terlibat dalam proses yang akan dilakukan, serta membuat timeline.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Dr. Ansari. MA selaku Dosen UINSU. Allah SWT. Memberikan anugerah pikiran kepada manusia. Kita sebagai generasi millennial diukur dari konteks kita berpikir. Salah satunya adalah bagaimana alat digital termasuk laptop, hp, dan lain-lain harus kita pikirkan secara produktif bukan hanya konsumtif. Banyak anak muda menggunakan gadget hanya bermain dan tidak berpikir alat digital bisa dimanfaatkan dengan baik.

Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Manusia itu adalah makhluk yang visioner, yang mempunyai kemampuan untuk melihat peluang dan memiliki kecerdasan untuk menciptakan peluang. Manusia yang visioner yang mampu menangkap peluang di dunia digital dengan baik.

Pembicara keempat, Abdillah Fahmiza Nasution memberikan materi mengenai etika digital. Etika digital ini merupakan tata kelola digital dalam kehidupan sehari-hari. Gunanya untuk menjaga agar tidak merugikan orang lain. Manfaat etika digital yaitu memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi informasi. Etika digital ini bagaimana kita mampu mengelola etika kita sendiri agar tidak terpancing menyebarkan berita hoax, SARA, dan rasis. Efeknya akan kita rasakan sendiri apabila kita terpancing. Saat ini ada Undang-Undang ITE yang dilindungi oleh negara. Bermedia sosial berdagang di digital memiliki aturan dan tata kelola yang harus dijalankan dan dipatuhi. Tidak sembarangan dan tidak mematuhi seperti menjelekkan barang orang lain demi menaikkan jualan kita agar habis terjual.

Chika Audhika selaku Key Opinion Leader (KOL) menyampaikan pendapatnya nya bahwa generasi millenial siap untuk menggunakan alat pembayaran digital. Dan alat pembayaran digital dirasa cukup aman dan bersih. Semua generasi dan lapisan masyarakat mau tidak mau harus siap dan beradaptasi dengan era ekonomi digital seperti sekarang ini.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Seperti Cindy Tifani memberikan pertanyaan kepada Narasumber Inna Dinovita, S.TP, bagaimana cara kita agar mendapatkan peningkatan iklan dan promosi agar produk yang kita jual di marketplace dapat memuaskan pelanggan?

Narasumber menanggapi sebelum beriklan harus melakukan riset dulu, bagaimana competitor kita, bisa juga dilihat dari seberapa besar followers toko produk, jadi tidak asal dalam memilih metode promosi, kemudian jangkauan pasar atau target yang kita cari berapa, agar promosi nya menjadi efektif.

Webinar ini merupakan satu dari rangkaian 63 kali webinar yang diselenggarakan di Langkat. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang. (mtd/min)

=================================