Pada malam yang gelap, mungkin bapak sudah terlelap, mungkin pula sedang melakukan riuh lobby politik di ibukota sembari berharap atau tiba-tiba terbangun terjaga dari tidur yang lelap. Pak Tengku Erry Nuradi, jika anda punya waktu bacalah tulisan ini sekejap.
5 tahun lalu, di Pilkada 2013 anda meraih kursi wakil gubernur Sumut. Dipuja dan dipilih karena “GANTENG”, Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi. 25 Mei 2016, Anda dilantik sebagai Gubenur Sumatera Utara. Sepeninggalan pasangan anda Gatot Pujo Nugroho yang memilih berkarir di tahanan KPK karena korupsi. Anda memilih meninggalkan duo “Ganteng” dengan lebih memilih bersolo karir dengan akronim PATEN.
Saya tidak mau terlalu jauh menebak-nebak, PATEN itu apa. Entah yang bapak maksud PATEN berarti mantap dan bagus, mungkin juga PATEN yang berarti hak eksklusif atau aknonim dari nama bapak sendiri, PAk Tengku Eri Nuradi. Bebas, terserah bapak.
BACA: Teriakan Sumut Paten Bergema di Kantor DPW NasDem
Pak Tengku Erry, Politik memang terlalu menyebalkan untuk nama besar anda. Seharusnya tidak begini. Mungkin bapak sedikit menggerutu. Bingung ditengah waktu tenggat yang menyisakan 5 hari lagi dibatas akhir pendaftaran calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilgubsu, 8-10 januari 2018 mendatang.
Saya mengerti kegelisahan bapak. Ketika anda merasa mampu tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Itu menyakitkan, untuk politisi sekelas bapak.
25 Desember 2017 yang lalu, Djarot Saiful Hidayat berkunjung ke Sumut. Niat awal di pelbagai pemberitaan media. Hanya untuk konsolidasi partai. Tiba-tiba 4 januari 2018, justru diumumkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri akan dimajukan di Pilgub Sumut tahun ini.
BACA: Resmi, PDIP Usung DJAROT Jadi Gubernur Sumut
Coba bapak pikirkan, betapa tidak masuk akal. Seseorang yang kalah di Pilgub Jakarta 2017 lalu, maju di Pilgub Sumut.
Apa bapak Tengku Erry masih ingat apa yang bapak ucapkan di depan massa demonstrasi 212 di Medan pada 2 Desember 2016 lalu ?
“Saya bilang Ahok, Maka Kalian Jawab Tangkap…” Itu ucapan Bapak Tengku Erry…
BACA: Erry Nuradi : Kalau Saya Bilang AHOK, Maka Jawab TANGKAP
Kabarnya pak, Djarot maju di Sumut atas bisikan sahabatnya Ahok. Jangan baper pak. Biarkan saja saya yang nebak-nebak.
PDI Perjuangan di DPRD Sumut punya 16 kursi pak. Kemarin, beredar foto mantan bakal calon bapak Ngogesa Sitepu, Ketua DPD Partai Golkar dengan Sekjen DPP PDI Perjuangan. Golkar punya 17 kursi, tentu jumlah 33 kursi sudah lebih dari cukup untuk mencalonkan Djarot-Ngogesa yang sebenarnya hanya butuh minimal 20 kursi saja di DPRD Sumut.
Kemudian pak. Bulan Desember yang lalu, Partai Gerindra yang memiliki 13 kursi, PAN yang memiliki 6 kursi dan PKS yang punya 9 kursi di DPRD Sumut resmi mendukung pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ijeck). Jika dijumlahkan menjadi 28 kursi di DPRD Sumut.
Ini ceritanya agak unik, saya ceritakan. Bapak tetap tenang, santai seperti di pantai. Edy Rahmayadi yang merupakan Pangkostrad, belum resmi mundur sudah memakai baju kebesaran PKS yang akan maju.
BACA: Pakai Seragam PKS, Pangkostrad Edy Rahmayadi Ikrar Maju Pilgub Sumut
Bapak Tengku Erry bisa bayangkan niatan dan gaya Jendral kita yang satu ini. Dia kelahiran Provinsi Aceh, tapi punya niat membangun Sumut. Katanya agar lebih bermartabat. Berarti selama ini Sumut kurang Ganteng dan Kurang PATEN ya pak.
Teranyar adalah JR Saragih. Bupati Simalungun pak, jika ingin menyalahkan JR Saragih pikir-pikir dulu pak. Sebab, bapak Tengku Erry dulu juga adalah Bupati Serdang Bedagai lalu maju pada kontestasi Pilgubsu.
BACA: Hasil Survei Pilkada, Tengku Erry Kalah dari JR Saragih
Saya dapat info, beritanya juga sudah banyak beredar pula. JR Saragih-Ance akan dicalonkan oleh Partai Demokrat yang punya 14 kursi, PKB 3 kursi dan PKPI 3 kursi. Jika ditotalkan berjumlah 20 kursi. Sudah cukup untuk mendaftar ke KPU Sumut beberapa hari kedepan pak.
Lalu…
Saya akan bercerita tentang bagaimana kondisi bapak. Sebelumnya saya mau informasikan diluar, langit sedang mendung dan baru saja turun hujan di Medan pak. Saya tidak tahu kondisi Jakarta malam ini pak. Tidak usah ceritakan sekarang, besok saja pak. Selepas bapak sarapan.
Bapak adalah Ketua DPW Partai Nasdem Sumut, partai bapak punya 5 kursi di DPRD Sumut pak. Tersisa dari semua cerita saya soal dukungan partai politik. Hanya tinggal Partai Hanura yang memiliki 10 kursi dan PPP yang memiliki 4 kursi. Jika ditotalkan hanya 19 kursi, kurang satu kursi dari persyaratan KPU pak. Masih nyaris pak. Jika situasinya seperti ini, bapak tidak bisa maju di Pilgubsu nanti.
BACA: Partai NasDem Deklarasikan Tengku Erry Balon Gubernur Sumut
10 tahun yang lalu. Tahun 2008. Saya informasikan pak. Calon Petahana Gubernur Sumut, Rudolf Pardede juga tidak bisa mencalonkan diri menjadi Cagubsu karena tidak adanya dukungan. Benar, ini cerita luka untuk para petahana yang gagal mencalonkan diri kembali. Namun, perlu bapak catat. Luka mengajarkan kita bahwa masa lalu adalah nyata.
Pun jika akhirnya bapak gagal bertarung di Pilgubsu. Bersedihlah secukupnya, sebab masih banyak pertarungan di Pilkada yang harus dilalui tanpa petahana.
Langit semakin mendung pak, saya istirahat sejenak…
==========