Theodorus Ginting usia mengalahkan Ahong. (screenshoot TV One)

medanToday.com,JAKARTA – Tak ada yang menyangka Theodorus Ginting akan keluar sebagai juara baru One Pride MMA Pro Never Quit. Sebab, lawan yang dihadapinya adalah fighter yang begitu beringas dan menyandang status juara bertahan di kelas welter, Rudy “Ahong” Gunawan.

Theo (panggilan Theodorus) berhasil menang knock out (KO) atas Ahong, hanya dalam satu ronde. Serangan elbow mematikan Theo, membuat Ahong terkapar. Padahal, Theo sempat terkena gelombang serangan deras dari Ahong.

Bagi Theo, apa yang terjadi di atas oktagon saat berhadapan dengan Ahong, merupakan hal biasa. Sebab menurut Theo, latihan keras yang didapatkannya di Lions MMA & Bali MMA, sama persis seperti pertarungan aslinya.

Bagaimana tidak, Theo mengaku dipukuli dan sering mengalami knock out saat berlatih. Bahkan dalam persiapannya menuju pertarungan melawan Ahong, Theo sempat enam kali masuk rumah sakit akibat gegar otak.

Tak cuma itu, Theo juga mengungkap bahwa teriakan keras sang pelatih dari luar oktagon jadi salah satu faktor kemenangannya. Theo mengaku selalu mendengar teriakan keras pelatihnya setiap hari di sesi latihan.

“Latihan kami di Bali MMA seperti tadi (seperti pertarungan asli). Kalau boleh saya jujur, di Bali MMA dalam latihan saya sering knock out, dipukuli sampai masuk rumah sakit, dan jujur saya dipukuli sampai keluar masuk rumah sakit sampai enam kali karena saya gegar otak,” ujar Theo kepada wartawan.

“Saya menerima hal seperti ini setiap hari di Bali. Setiap hari saya digebukin, dihancurkan, diinjak-injak, dan itu bukan hal baru bagi saya. Ini adalah kehidupan sebenarnya. Tadi saat saya jatuh saya lihat pelatih saya berteriak ‘bangun, ayo bangun’. Saya coba bangun karena itu yang dilakukan pelatih setiap hari kami latihan,” katanya.

Setelah sempat terlibat psywar dan melancarkan hinaan kepada Ahong, Theo memetik pelajaran berharga dari pertarungan ini. Theo sadar, menghina lawan akan mengurangi kekuatannya satu level ke bawah. Tak cuma itu, melawan Ahong juga membuat Theo sadar bahwa power adalah hal yang masih kurang dalam dirinya.

“Selama ini banyak yang ngatain Ahong. Meremehkan lawan walaupun kita tahu dia lemah, berarti membuat kita turun satu level di bawah lawan kita. Saya selalu menganggap Ahong adalah lawan terhebat, lawan yang mampu membunuh saya hanya dalam satu pukulan,” ucap Theo melanjutkan.

“Jadi, kami di Bali MMA mengumpulkan orang yang besar dan kuat untuk membunuh saya setiap menit. Supaya kalau ada apa-apa seperti tadi saya bisa bertahan terus. Saya perlu memperbaiki power saya yang pasti. Power saya masih jauh berada di bawah Ahong dan saya harus mengakui itu,” katanya.(mtd/min)

======================