Pewarta Foto Indonesia Medan, Mafa Yulie Ramadhani saat mengisi acara Mahasiswa Peduli Seniman di Universitas Harapan Medan, Senin (23/12)/ Raden Armand for medanToday.com

medanToday.com, MEDAN, Wakil Rektor III Universitas Harapan Medan, Rachmat Aulia menyebutkan pentingnya seni dalam segala bidang. Karena tanpa rasa seni semua hal akan hampa.

“Seni itu ilmunya, orangnya adalah seniman. Saya adalah orang berbasik komputer, nah, kalau dalam bidang komputer jika tak ada seni maka akan hampa. Kami butuh seni dalam mendesign sesuatu,”ujarnya dalam Acara Mahasiswa Peduli Seniman (MPS) bersama pembicara, Mafa Yulie Ramadhani, Senin (23/12) kemarin di Universitas Harapan Medan.

Rachmat menyebutkan, sarana diskusi MPS peserta mampu menggali ilmu bermanfaat dan menambah pengetahuan dari narasumber, Mafa Yulie Ramadhani. Sementara itu, Dekan Fakultas Bahasa dan Komunikasi Universitas Harapan Medan, Zuindra menyatakan seni adalah karya yang membuat seseorang menjadi kreatif.

“Seniman di Indonesia sudah menghasilkan karya hingga ke level Internasional. Jadi seniman Indonesia bukan kaleng-kaleng,” ungkap Zuindra didampingi, Kaprodi Sastra Inggris, DR Bima Prana Chitra, Sekretaris Prodi Sastra Inggris, Misla Geubrina, Ketua BEM FBK, Dhaifan Armando, Ketua Helo, M Egi Wirdiansyah, Ketua Hikari, Silvi Pratiwi.

Mafa Yulie dalam pemaparannya menjelaskan, pentingnya keberanian dalam menjalankan aktivitas jurnalistik. Sebab, akan banyak halangan dan tantangan ketika berada di lapangan saat melakukan fungsi jurnalistik.

“Sebab, ketika Frekuensi, Momentum serta Dimensi bersatu akan membentuk Atmosfer. Dalam karya jurnalistik tentunya perlu dan membutuhkan rasa. Seni itu rasanya. Saya mengajak semua hadirin untuk bisa datang di acara pameran saya bersama Raden Armand, 29-31 Desember 2019. Memang genre yang saya angkat tak biasa dan hanya satu fotografer yang menggunakan tema begini, bang Sutrisno Jambul. Jika ingin tahu lebih jauh, silakan melihat langsung ketika pameran,” ujar Mafa melalui rilis diterima, Selasa (24/12).

Penggagas kegiatan, Bima mengaku bertanggungjawab atas keberlangsungan karya dari para seniman di Kota Medan. Selaku pegiat seni, Bima sangat bisa merasakan minimnya kepedulian pihak yang benar-benar peduli dengan seniman.

“Kalau kita tak peduli siapa lagi, semoga ini menjadi langkah awal yang menjadi manfaat dan diikuti oleh pihak-pihak lain,” kata Bima.

(mtc/rdn)