medanToday.com, MEDAN – Seruan Azan Maghrib yang begitu mendayu mengiringi kedatangan Jenazah M. Gunawan. Angin berhembus perlahan menerpa dengan lembut bendera merah yang berada di depan rumah papan bercat hijau, seakan-akan menyambut kedatangan janazah.
Seketika isak tangis pecah saat sebuah peti yang membawa jenazah remaja yang kerap dipanggil Wawan ini diturunkan dari dalam mobil ambulance.
“Anakku ooh anakku,” teriak Maimunah, yang tidak lain adalah Ibunda tercinta Wawan.
Perlahan peti dengan balutan kain putih itu dibopong memasuki rumah dan diletakkan di atas lantai.
Lantai rumah yang harus nya menjadi tempat berkumpulnya Wawan bersama keluarga tercinta, kini menjadi tempat terakhir melepas kepergian anak yang jadi tulang punggung keluarga
Sebuah senyuman tak lagi didapatkan Wawan, hanya derai air mata yang menyambut tubuh bisunya
“Tolonglah dibuka dulu, bentar saja, kami mau lihat untuk yang terakhir,” kata adik bungsu Wawan.
Sesekali tangannya membelai lembut tubuh Wawan yang terkulai lemah.Tubuh yang dulunya bugar, kini terbujur kaku dihapannya.
“Abaaang,” ucapnya lirih sambil terisak.
Surah Al-fatihah menjadi hadiah terakhir yang diberikan kepada Wawan. Sekitar pukul 19.40 Wib, janazah Wawan di antar ke pemakaman.
Seruan adzan Isya menghantarkan Wawan ke tempat peristirahatan terakhir nya.
Sebelum akhir hayatnya, remaja yang berusia 22 tahun ini merantau ke Malayasia. Keinginan Wawan untuk meringankan beban kedua orang tuanya, memutuskannya berangkat dan mencari pekerjaan di negeri tetangga.
Di Malaysia, Wawan berkerja sebagai buruh di sebuah parbrik meubel. Namun setelah jatuh sakit, Wawan diberhentikan oleh majikannya dan ditelantarkan begitu saja.
Saat dirawat di rumah sakit, Wawan tidak memiliki uang untuk membayar biaya pengobatan.
Wawan pun dikabarkan sempat berencana menjual satu ginjalnya demi membayar biaya pengobatan rumah sakit.
Perjuangan nya melawan sakit paru-paru, berakhir pada Jumat (27/10/2017) lalu. Seperti janji Tuhan ‘Setiap yang bernyawa pasti akan mati’. (mtd/non)
=============