medanToday.com, MEDAN– setiap kehidupan pasti punya takdir masing-masing yang telah digariskan Tuhan.

“Kita tidak bisa mengubah takdir, tapi kita bisa memilih takdir dan mengubah nasib. Kita tidak bisa mengubah kondisi atau keadaan tapi kita bisa mengubah sikap dalam keadaan itu,” begitulah ungkapan dari sosok Abah Lilik.

Seorang Pria bernama lengkap Fadli Riza mengawali karir menjadi seorang tukang masak. Ia juga pernah menjadi backpacker. Karena ia menganggap bahwa hidup itu tidak tegantung pada fasilitas.

Lahir menjadi anak bungsu, ia banyak belajar dari ayahnya yang romantis dan ibunya seorang ahli pendidikan. Namun ia mengatakan karena ibunya memiliki rumah singgah untuk anak-anak jadi ia menganggap anak kandungnya diasuh sama seperti anak-anak lainnya.

“Namun Allah lebih sayang kepada mereka dan mereka pergi lebih awal,” Kata Abah saat ditemui medanToday.com.

Meskipun demikian Abah mampu melanjutkan kuliah jurusan teknik dengan biaya sendiri dengan bekerja menjadi Tukang Masak. “Agar bisa makan gratis maka saya bekerja menjadi tukang masak di sebuah kafe,” kata Pria itu sambil tertawa.

Tak hanya itu, pria campuran Banten,Solo, Bugis, dan Banjar ini sempat menjadi pembantu rumah tangga untuk memenuhi kehidupannya.

Dari situlah Abah banyak belajar dalam menikmati kehidupan dengan sebuah proses dan pengalaman. Hingga ia banyak bertemu orang-orang hebat dan berpeluang besar menjadi seorang motivator.

Abah Lilik pernah menjadi Guru Tk alam, menjadi guru SD dan paling lama merintis sebagai guru SMP, pernah menjadi pengasuh curhat Remaja di Radio MQ FM Yogyakarta, dan wakil direktur lembaga psikologi terapan Cahaya umat.

Bagi Abah tantangan paling berat dalam hidupnya adalah mengerti perempuan.
“Karena perempuan seperti tulang rusuk. Kalau dikerasi patah, namun jika dibiarkan bengkok. Jadi sosok perempuan penuh dengan emosi dan sebagainya,” tambah abah.

Namun semenjak ia menjejakkan langkah kehidupan dengan wanita pilihannya dan dikaruniai seorang putra dan tiga orang putri, dariaitulah Abah banyak belajar dari anak dan istrinya. Sampai ia melanjutkan kuliah di jurusan Psikologi.

“Terjun dalam dunia parenting setelah anak saya akilbaligh jadi saya sudah buktikan cara mendidik anak baru saya berani menyampaikan kepada banyak orang hingga menjadi parenting coach sejak 10 Oktober 2010, selain itu karena saya juga menyukai anak-anak,” ungkapnya.

BACA JUGA

“HIJRAH PARENTING” Saat Peserta Tersentuh, Sampai Menangis

Dan sekarang Abah Lilik menjadi seorang motivator, Parenting Coach dan Counselor di Omah Parenting JejakJiwa, JejakJiwa mindprogramming, dan sekolah ayah bunda. Sudah dua tahun sejak 2015 Memiliki Rumah singgah di Yogyakarta untuj konsultasi tentang pernikahan, masalah anak, ibu dan lainnya seperti hipnoterapi sesuai islami.

Abah memiliki motivasi bagi anak-anak bahwa dunia itu di tangan jangan di hati. Dan yang di hati adalah cinta.

“Karena dunia itu fana suatu saat akan hilang. Jadi harus dicari, dikuasai dan jangan dimasukkan ke hati. Jadi tidak sakit hati kalau putus cinta. Yang di hati itu cinta. Ilmu yang penting itu mengenal Allah dan diri sendiri.Kenali Tuhanmu maka akan kau kenali dirimu.” Kata Abah. (mtd/sti)

=============