Komjen Suhardi Alius.(sumber:internet)

medanToday.com,BANDUNG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengingatkan bahaya paparan radikalisme di hadapan ratusan mahasiswa baru Universitas Padjadjaran.

Dalam kuliah umum “Anti Radikalisme di Perguruan Tinggi” yang digelar di Grha Sanusi Hardhadinata, Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipatiukur No 35, Kota Bandung, Kamis (29/8/2019).

Suhardi menjelaskan dua jenis radikalisme yang perlu diketahui. Pertama, radikalisme positif yang merupakan berpikir out of the box dan kritis. Kedua, radikalisme negatif yang berisi intoleransi, anti-pancasila, anti-NKRI dan paham kafir.

Dalam kesempatannya menyampaikan materi kuliah umum, Suhardi menegaskan, jika mahasiswa baru rentan untuk dijadikan target radikalisme negatif oleh sejumlah kelompok.

Ia mengingatkan radikalisme negatif yang dapat dengan mudah tersebar melalui media internet. Sebab generasi muda telah melekat dengan teknologi informasi.

“Kita persiapkan untuk menjaga NKRI dalam era informasi digital yang luar biasa ini. Sekarang yang berbahaya itu adalah mencari agama melalui google, ustaz google, yang main-main semua, sekarang megang gadget semua mereka bisa etnosentris, itu enggak boleh, tolong hati-hati menggunakan teknologi,” ucapnya.

“Kalian masa depan Indonesia, sebagai sense of crisis, kalian sasaran dari orang-orang radikal itu. Kalian masih nyari jati diri. Jadi mari kita punya sense of crisis, mari kita punya kepedulian terhadap bangsa ini,” tuturnya.

Tak hanya itu, Suhardi juga berpesan kepada mahasiswa untuk turut berpartisipasi menangkal radikalisme negatif. Dia mengingatkan mahasiswa untuk segera melaporkan hal-hal yang sifatnya mencurigakan.

“Sebagai contoh, biasanya ada yang memisahkan diri, buat kelompok eksklusif di mana orang lain enggak bisa masuk itu jelas (potensi radikalisme),” ucapnya.

Ditemui usai acara, Suhardi kembali mengingatkan akan bahaya radikalisme negatif di kalangan generasi muda. Sebab mereka masih dalam tahap pencarian jati diri dan mudah dipengaruhi.

“Saya ingatkan jajaran civitas tolong mereka (mahasiswa baru) kasih mentor yang moderat. Begitu salah mentor dibimbing itu ke arah kekerasan,” katanya.

Meski begitu Suhardi tidak mempermasalahkan jika generasi muda lebih maju di era modern dengan pengaruh globalisasi. Namun ia menegaskan untuk tidak melupakan identitas bangsa.(mtd/min)

===================